TEHERAN (Arrahmah.com) – Hassan “Nasrallah”, Sekretaris Jenderal milisi Lebanon “Hizbullah,” mengakui biaya yang dikeluarkan oleh “Hizbullah” dalam pertempuran di Zabadani di Rif-Dimaskus di luar prediksi. Hal tersebut diakibatkan keputusan yang melibatkan sejumlah besar milisi “Hizbullah”, ujarnya, tanpa membahas rincian kerugian tersebut, sebagaimana dilaporkan Middle East Update (MEU), Selasa (29/9/2015).
“Nasrallah” menyampaikan pidatonya di Al-Manar TV, yang menekankan bahwa serangan terhadap Kafraya dan Fuaa telah menghambat serangan ke Zabadani, sehingga mereka mulai memperhitungkan strategi negosiasi dalam kesepakatan gencatan senjata.
“Nasrallah” menunjukkan bahwa kesepakatan dalam gencatan senjata termasuk memungkinkan keluarnya pejuang oposisi dan keluarga mereka dari Zabadani ke Idlib, dibandingkan hanya 10 ribu warga sipil yang keluar dari Fuaa.
Sebagaimana dikutip MEU, salah satu anggota dari tim negosiasi Jaisyul Fath telah melaporkan kepada jaringan media El-Dorar bahwa kemajuan terbaru yang dibuat oleh pejuang diFuaa dan Kafraya telah memaksa Iran dan “Hizbullah” untuk duduk dalam negosiasi. Meski, pada awalnya Iran menuntut untuk melepaskan seluruh orang dari Fuaa dan Kafraya, namun akhirnya menyetujui dan menerima bahwa yang diijinkan keluar adalah 10 ribu anak-anak dan perempuan, sementara milisi Syiah diharuskan tetap tinggal di dalam kota.
Seorang anggota Jaisyul Fath, dengan syarat anonimitas, menambahkan bahwa Jaisyul Fath sedang dalam proses melakukan pemaksaan larangan terbang kepada musuh untuk pertama kalinya dalam sejarah Suriah. Wilayah larangan terbang termasuk Idlib dan beberapa kota di sekitarnya dan kota-kota lain di provinsi Idlib. Sumber menolak untuk berbicara secara rinci tentang ketentuan perjanjian, dan menunggu pemberitaan dari sumber media resmi, mengingat perjanjian belum dilakukan.
Perlu disebutkan bahwa “Nasrallah” memiliki pidato yang terkenal, dan tidak realistis tentang intervensi “Hizbullah” di Suriah, dan berkali-kali menggunakan istilah “menyimpulkan”, mengacu pada revolusi Suriah, sebagaimana dilaporkan ALN, Selasa (29/9). (adibahasan/arrahmah.com)