KENDARI (arrahmah.com) – Berdasarkan hasil otopsi tim gabungan dokter terhadap Randi, Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo Kendari, di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari pada Kamis (26/9/2019) malam, dipastikan tewas karena tertembak peluru tajam.
Otopsi berlangsung sejak pukul 22.30 Wita dan baru selesai pada Jumat (27/9) pukul 02.30 Wita.
“Tidak kami temukan selongsong peluru, tapi ditembak dengan senjata api. Terkena pembungkus jantung dan paru-paru sebelah kanan dan sebelah kiri, hingga mengalami pendarahan,” kata Ketua tim dokter ahli forensik RSUD Kendari dr Raja Al Fatih Widya Iswara, jumat (27/9).
Randi mengalami luka di ketiak sebelah kiri dengan diameter 0,9 sentimeter dan dada kanan 2,1 sentimeter.
Randi terkena tembakan saat turut aksi mahasiswa. Saat itu Randi berdiri di depan BPR Bahteramas, Jalan Abdullah Silondae, Kelurahan Mandonga, Kecamatan Mandonga, Kota Kendari, atau sekitar 500 sampai 600 meter dari Gedung DPRD Sultra, pusat unjuk rasa mahasiswa.
Sebelum dipastikan meninggal dunia, Randi sempat mendapat perawatan di Rumah Sakit Korem Kendari pada pukul 15.30 Wita.
Randi, yang merupakan kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), mengembuskan napas terakhir pada pukul 15.44 Wita.
“Kami, IMM se-Indonesia menyatakan belasungkawa yang mendalam atas meninggalnya salah satu kader IMM yang tertembak peluru tajam ketika melakukan aksi unjuk rasa di Kendari, Sulawesi Tenggara. Ini adalah kehilangan yang sangat besar bagi kami,” ujar Ketua Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Najih Prastiyo dalam keterangan tertulis, Kamis (26/9).
Najih menegaskan, peristiwa tersebut adalah bukti nyata dari tindakan represif pihak keamanan terhadap mahasiswa yang ingin menyuarakan aspirasinya.
(ameera/srrahmah.com)