YAMADHIYA (Arrahmah.com) – Rasa haru itu muncul saat membaca SMS yang baru masuk ke ponsel dokter kami, “Tolong bantu kami di tenda pengungsian An Nahl, Yamadhiya. Sudah beberapa bulan bantuan tidak lagi masuk kesini, kami kekurangan makanan, tidak ada layanan kesehatan dan fasilitas tenda pengungsi yang mulai mengalami kerusakan disana sini memerlukan perbaikan. semoga Allah membalas kebaikan anda.”
Wajah kami seolah tertampar, rasa kemanusiaan kami tersentak, sms yang dikirimkan oleh penanggungjawab pengungsian tersebut membuat lidah kelu dan airmata mengalir tanpa diminta. Sepanjang yang tim Hilal Ahmar Society Indonesia (HASI) ketahui selama bertugas di Suriah, tidaklah rakyat Suriah meminta, melainkan sudah berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan.
Segera kami merespon permintaan tersebut, dokter Romi selaku direktur Rumah Sakit Lapangan (RSL) Salma memerintahkan pegawainya untuk mempersiapkan bantuan yang akan diberikan kepada para pengungsi tersebut. Beberapa kardus obat-obatan yang telah disiapkan langsung diangkut ke mobil ambulan, dan hari itu juga langsung kami meluncur ke TKP untuk memberikan bantuan sekaligus mengetahui secara detil kebutuhan yang mereka perlukan.
Tidak terasa satu jam perjalanan kami lewati dan akhirnya sampai ke lokasi pengungsian, tepatnya di daerah Yamadhiya, tidak jauh dari perbatasan Turki. Melihat mobil ambulan terparkir di depan tenda mereka, serta merta para pengungsi tersebut berlarian mendekati kami. Keceriaan yang tampak dari airmuka mereka sedikit memberikan kelapangan di hati kami. Karena itu berarti kehadiran kami sangat bermakna bagi mereka.
Satu persatu kami mendengar keluhan mereka, rasa sakit mereka, ‘keterasingan’ mereka, kesedihan, kepedihan dan seluruh penderitaan mereka dengan sabar. Karena mungkin hanya ini yang dapat kami lakukan, menjadi pendengar setia. Seperti curhatan seorang ibu dengan sedihnya bercerita; betapa beberapa bulan ini mereka kekurangan bahan pangan, kehilangan mata pencaharian, tidak ada bantuan yang masuk seperti biasanya, musim dingin dilaluinya dengan penderitaan, tidak adanya pelayanan medis yang mereka terima, seakan mereka ingin mengatakan, “Tidakkah kami ini manusia sama seperti kalian? tidakkah kalian peduli? dimanakah rasa belas kasihan kalian? dimanakah rasa kemanusiaan itu?”
Semakin tertusuk rasanya hati ini mendengarnya, ternyata apa yang sudah kita lakukan selama ini masih belum apa-apa, masih banyak saudara kita disana yang belum mendapatkan haknya. Jika demikian sudah sepatutnya kita lebih memperhatikan mereka, lebih banyak lagi membantu mereka, karena jika tidak, entah apa yang Allah akan perbuat kepada kita, yang membiarkan saudaranya kekurangan, kelaparan dan dihinakan kehormatannya. Masihkan kita peduli?