JAKARTA (Arrahmah.com) – Pemerhati Kontra Terorisme Harits Abu Ulya mengatakan bahwa sweeping yang dilakukan Brimob Poso terhadap pesantren Amanah diduga orderan Densus 88.
“Terkait swepping Brimob ke pesantren Amanah Poso,dugaan saya ini orderan dari Densus88/Satgas BNPT untuk mencari DPO Basri cs, tapi menggunakan aparat Brimob dan anggota Polres Poso. Dan Densus maunya dapat hasilnya, sementara yang berhadapan dengan masyarakat dan opini publik adalah Brimob Poso,” katanya dalam kepada arrahmah.com Senin (4/10/2013).
Seperti halnya selama ini lanjut Harits, aparat kepolisian setempat sering pada posisi “korban” harus berhadapan dgn masyarakat akibat ulah Densus88 dan satgas BNPT di Poso.Jika cara-cara tidak etis selalu di demonstrasikan maka tidak salah kalau ada dugaan aparat sendirilah yang ingin menjaga Poso tetap dengan potensi konfliknya baik sengaja atau tidak.
Dia juga mengkritik cara-cara aparat melakukan sweeping yang menunjukkan aparat tidak etis dan tidak profesional, “Kalau alasan operasi yustisi kenapa sampai masuk kedalam pesantren dan tanpa izin serta pemberitauan,” tanya Direktur CIIA (The Community Of Ideological Islamic Analyst) ini
“Saya melihat cara-cara seperti ini justru menabur kebencian dan resistensi masyarakat terhadap aparat kepolisian. Pesantren selama ini adalah institusi informal yang cukup di hargai dan dihormati oleh masyarakat,tapi realitas sosial ini tidak dipahami dendan baik oleh pihak aparat,” tambahnya.
Dia juga menganjurkan agar para pengambil kebijakan dibidang keamanan harus sadar bahwa Poso dan masyarakatnya bukan obyek yang bisa diperlakukan oleh aparat degan cara sewenang-wenang.
“Banyak masyarakat Poso ingin damai dan tenang, tapi harapan tersebut kadang tidak linear dengan cara-cara aparat di lapangan ketika hendak selesaikan satu masalah. Tindakan kontraproduktif kerap terjadi, resistensi dan kebencian masyarakat terhadap aparat justru seolah dibuat oleh pihak aparat sendiri,” pungkasnya.
Sebagaimana diberitakan satu truk Brimob dan sebuah mobil patroli taktis berhenti persis di depan Pesantren Amanah, Ahad (3/11/2013). Personel Brimob langsung turun memasuki areal pesantren, sementara yang lainnya bersiaga penuh di jalan poros Sulawesi itu dan menghentikan semua kendaraan yang lewat dari 2 arah untuk melakukan sweeping dan pemeriksaan kepada seluruh pengguna jalan berikut bagasi dan barang bawaannya.
Kedatangan Brimob di pondok pesantren Amanah tersebut membuat santri-santri belia kelas 1 dan 2 yang rata-rata masih usia 12-13 tahun merasa tertekan, bahkan menurut laporan santri, sampai-sampai mahasiswa Sekolah Tinngi Agama Islam (STAI) Poso yang saat itu tengah melakukan PPL mengajar di ruang kelas 2 terlihat sedikit pucat dan ketakutan.
(azmuttaqin/arrahmah.com)