Oleh: Kholisaton H
(Anggota Komunitas Revowriter)
(Arrahmah.com) – Hampir tiga bulan sejak pertama kali ditemukannya kasus positif covid-19 di Indonesia pada 2/3/2020 lalu, Indonesia terus mengalami lonjakan kasus positif covid-19. Hingga kini (30/5/2020), telah terhitung 25.773 jumlah kasus positif covid-19 berdasarkan data Gugus Tugas Covid-19. Sontak hal ini menambah kehawatiran masyarakat luas. Indonesia yang merupakan negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam harus rela merayakan Hari Raya Idul Fitri 1441 H yang jatuh pada hari Sabtu (23/5/2020) lalu dengan situasi dan kondisi yang berbeda dengan Idul Fitri pada tahun-tahun sebelumnya.
Presiden Jokowi dan Ibu Iriana yang berhari raya di Istana Kepresidenan Bogor mengucapkan Selamat Idul Fitri 1441H kepada umat Islam di Indonesia. Jokowi juga memberikan pesan kepada umat muslim yang merayakan Idul Fitri tahun ini.
“Saya yakin bersama-sama kita bangsa Indonesia akan mampu melewati ujian berat ini,” kata Jokowi seperti diliput kumparan.com 23/5/2020.
“Saya juga mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin,” tutup Iriana.
Selain itu, saat memberi sambutan dalam acara ‘Takbir Virtual Nasional dan Pesan Idul Fitri dari Masjid Istiqlal’ pada Sabtu, 23 Mei 2020, Jokowi juga berharap seluruh masyarakat bisa menerima kondisi ini, baik dalam keadaan senang maupun sedih, berlimpah atau kekurangan, sulit ataupun mudah, rumit atau sederhana.
“Jika Allah benar-benar menghendaki dan jika kita bisa menerimanya dengan ikhlas dan dalam takwa dan tawakal, sesungguhnya hal tersebut akan membuat berkah, membuahkan hikmah, membuahkan rezeki, dan juga hidayah,” kata Jokowi.
“Semoga Allah SWT meridai ikhtiar kita bersama, untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19 dan memberi kekuatan pada kita untuk menjadi pemenangnya. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 syawal 1441 hijriyah, mohon maaf lahir dan batin,” lanjutnya sebagaimana diberitakan tempo.co. Pesan itu disampaikan Jokowi dalam bentuk video yang diambil dari kediaman presiden di Istana Bogor, Jawa Barat.
Wakil Presiden Indonesia KH. Ma’ruf Amin saat memberikan sambutan di acara yang sama juga mengingatkan bahwa momen ini harus dimanfaatkan umat muslim untuk memperkuat iman dan takwa. Mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) itu mengatakan Allah SWT bahwa umat yang beriman dan bertakwa akan diberi ganjaran diberikan keberkahan.
“Kalau beriman dan bertakwa pasti Allah turunkan kesuburan, kemakmuran, keamanan, keselamatan dan dihilangkan berbagai kesulitan. Itu adalah janji Allah di dalam Al-Quran,” kata Wapres Ma’ruf Amin.
Ia pun meminta masyarakat untuk lebih bersabar di tengah pandemi Corona. Ia meyakini Indonesia dapat memenangkan perang melawan virus tersebut.
“Mudah-mudahan kita bisa bersabar untuk saat ini dan akan bangkit dan kembali meraih kemenangan dan kesuksesan dalam waktu yang tidak akan lama lagi,” kata Wapres yang diwartakan oleh tempo.co.
Tawakkal, Takwa dan Ridha Allah Sebagai Solusi Penanganan Wabah
Pesan Idul Fitri 1441H yang diucapkan oleh Presiden Jokowi dan wakilnya KH. Ma’ruf Amin begitu menggugah dan menyentuh kesadaran kita sebagai umat terbesar (Islam) di Indonesia . Kepala negara dan wakilnya kompak menyebut bahwa modal keluar dari wabah ini adalah tawakkal, takwa dan meraih ridla Allah SWT.
Tetapi seperti kita ketahui, kebijakan-kebijakan yang mereka gunakan dalam menangani wabah ini tidaklah berpijak pada syariah Allah SWT. Juga tidak ada taubat nasional untuk membuang hukum-hukum buatan manusia yang selama ini menjadi rujukan mengelola bangsa. Malah tampak kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan semakin jauh dari syariah-Nya.
Sebut saja pembebasan napi di tengah sulitnya ekonomi akibat terdampak wabah covid-19 dan sebagian napi yang dibebaskan pun terbukti kembali berulah. Tetap dibukanya akses TKA masuk ke wilayah Indonesia, kenaikan iuran BPJS Kesehatan, kurangnya APD bagi nakes sebagai garda terdepan yang berhadapan langsung dengan pasien, program Kartu Prakerja yang dinilai tidak efektif diluncurkan di tengah-tengah pandemi, konser musik yang di selenggarakan BPIP. Belum lagi Perselingkuhan Ekonomi di Balik Pengesahan Perppu Corona yang dicurigai berbagai pihak sebagai agenda politik anggaran yang disusupkan, agar pemerintah mendapatkan legitimasi hukum dalam menyusun anggaran negara hingga tiga tahun ke depan. Kemudian Revisi UU Minerba yang seolah memperjelas posisi negara hanya sebagai pelayan kapitalis semata, tidak peduli pada kebutuhan rakyat, kerusakan lingkungan terlebih aspirasi masyarakat. Masih banyak lagi kebijakan yang justru jauh dari keseriusan pemerintah menangani kebutuhan dan urusan takyat.
Sebagai umat Islam, apa sesungguhnya makna takwa yang bisa membawa pada solusi bangsa dan wabah?
Kata “taqwâ” berasal dari kata “waqâ”. Artinya melindungi. Kata tersebut kemudian digunakan untuk menunjuk pada sikap dan tindakan untuk melindungi diri dari murka dan azab Allah SWT. Caranya tentu dengan menjalankan semua perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.
Pengertian takwa tersebut sebagaimana dikatakan Thalq bin Habib, seorang tabi’in, salah satu murid Ibnu Abbas ra.
Beliau mengatakan, “Takwa adalah mengerjakan ketaatan kepada Allah SWT berdasarkan cahaya-Nya dengan mengharap pahala-Nya dan meninggalkan kemaksiatan kepada Allah berdasarkan cahaya-Nya karena takut terhadap azab-Nya.” (Tafsîr Ibnu Katsîr, I/2440)
Oleh karena itu takwa haruslah menyeluruh hingga mewujud dalam segala aspek kehidupan. Takwa tidaklah terbatas pada tataran individual saja. Takwa harus ada pula dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Iman dan takwa merupakan kunci keunggulan masyarakat Islam. Lihatlah, dengan iman dan takwa, Rasulullah saw. dan para Sahabat ra. mampu mengubah masyarakat Arab Jahiliah menjadi masyarakat Islam yang unggul.
Ketakwaan akan mengantarkan seorang pemimpin kaum muslimin mengambil kebijakan yang sesuai nash-nash syar’i. Sebab, menyelisihi nash-nash syar’i maknanya sama saja bermaksiat kepada Allah SWT. Nash syar’i merujuk pada 4 (empat) sember hukum syara’, yaitu Al Qur’an, As Sunnah, ijma’ Sahabat ra. dan qiyas. Syariat Islam yang datang dari Allah swt. sebagai Sang Pencipta ini telah memiliki aturan yang syamilan (menyeluruh) dan kamilan (sempurna). Jika kita mempelajari fiqih-fiqih Islam, maka kita akan dapati fiqih Islam itu bukan hanya seputar tatacara beribadah ataupun akhlak individual saja. Kita akan dapati pula fiqih Islam yang terkait dengan ekonomi, sosial/pergaulan, pendidikan, kesehatan, politik, dakwah hingga bernegara. Penerapan sistem Islam tersebut telah dicontohkan oleh Rasulullah saw., dilanjutkan oleh para Sahabat ra. dan seterusnya hingga Kekhilafahan Utsmaniyah.
Sebagai penutup, marilah kita tadabbur firman Allah SWT berikut:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri tersebut beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS: Al-A’raf [7]: 96).
Wallahua’lam bisshawab.
(Tulisan dikirim kepada redaksi melalui email: [email protected])
(*/arrahmah.com)