JAKARTA (Arrahmah.com) – Dalam rangka memperingati perayaan Hari Perdamaian Internasional (International Day of Peace), Koordinator Gerakan Mahasiswa Indonesia Peduli Patani (GEMPITA), Aiman bin Ahmad menegaskan posisi bangsa Patani hingga saat ini masih jauh dari kata perdamaian.
“Oleh karena berbagai perundingan belum menemukan persetujuan dari pihak terkait, berbagai peristiwa konflik yang terjadi di Patani (Selatan Thailand) sampai saat ini dan semakin meningkat,” ujar Aiman dalam pers rilisnya pada Kamis, (22/09).
Meningkatnya kekerasan konflik di Patani, Selatan Thailand, saat ini bukan lagi hal yang baru, konflik kekerasan telah berlangsung bertahun-tahun.
“Masyarakat Patani (Selatan Thailand) sering dilukai, ditangkap, dipenjara dan dibunuh dengan tidak perikemanusian, perikeadilan dan melanggar dengan Hak Asasi Manusia (HAM),” ungkapnya.
Salah satu konflik yang membekas di hati rakyat Patani (Selatan Thailand) yaitu tragedi peristiwa Tak Bai (25 Oktober 2004), dimana puluhan jiwa melayang dan menambah jumlah janda an anak yatim piatu. Ironisnya, pemerintah dan militer Thailand tidak ingin bertanggung jawab atas tragedi peristiwa Tak Baik tersebut.
“Perlakuan yang tidak perikemanuisa, perikeadilan dan melanggar dengan Hak Asasi Manusia (HAM) ini membuat rasa hilang kepercayaan rakyat Patani (Selatan Thailand) terhadap pemerintah Thailand,” tambah Aiman.
Sampai saat ini, masyarakat Patani (Selatan Thailand) tetap memperjuangkan hak-hak mereka, bersabar dengan situasi terjadi dan tantangan yang amat pedih. Harapan masyarakat patani (Selatan Thailand) untuk meraih perdamaian, akan tetap menjadi cita-cita besar masyarakat Patani (Selatan Thailand) dalam kehidupan berbangsa di dunia internasional.
Hari Perdamaian Internasional (International Day of Peace), terkadang secara tidak resmi ada yang menyebutnya Hari Perdamaian Dunia (World Peace Day), diperingati setiap tahun pada tanggal 21 September.
Peringatan ini didedikasikan demi perdamaian dunia, dan secara khusus demi berakhirnya perang dan kekerasan, misalnya yang mungkin disebabkan oleh suatu gencatan senjata sementara di zona pertempuran untuk akses bantuan kemanusiaan.
Untuk membuka hari peringatan ini, Lonceng Perdamaian PBB dibunyikan di Markas Besar PBB di (Kota New York). Lonceng tersebut dibuat dari koin-koin yang disumbangkan oleh anak-anak dari seluruh benua selain Afrika, dan merupakan hadiah dari Asosiasi Perserikatan Bangsa-Bangsa dari Jepang, sebagai “suatu pengingat atas korban manusia akibat peperangan”, pada salah satu sisinya tertulis “Long Live Absolute World Peace” (Panjang umur perdamaian dunia sepenuhnya).
Hari Perdamaian Internasional pertama kali diperingati tahun 1982, dan dipertahankan oleh banyak negara, kelompok politik, militer, dan masyarakat.
(azmuttaqin/*/arrahmah.com)