SAN’A (Arrahmah.com) – Lebih dari 20.000 rakyat Yaman memenuhi jalan-jalan di San’a pada hari Kamis (3/2/2011) untuk melakukan unjuk rasa “Hari Kemarahan”, menuntut perubahan dalam pemerintahan dan mendesak Presiden Ali Abdullah Saleh untuk mundur.
Pendukung oposisi memenuhi ibukota Yaman sejak Kamis pagi (3/2), dan melalui megafon mengumumkan bahwa protes akan berlanjut di Universitas San’a, sekitar dua kilometer (1.2 mil) dari al-Tahrir Square, tempat demonstrasi telah direncanakan.
Mereka mengatakan perubahan tempat itu dilakukan karena “orang-orang dari partai yang berkuasa dan elemen bersenjata menguasai Al-Tahrir.”
Dari Rabu malam (2/2), puluhan orang bersenjata dari Genreal People’s Congress Presiden Ali Abdullah Saleh terlihat mendirikan tenda dan memasang gambar besar Abdullah Saleh di dalam al-Tahrir Square.
Polisi pada hari Kamis (3/2) berusaha untuk menyaring masuknya massa ke Al-Tahrir Square, beberapa di antara massa pro-pemerintah membawa spanduk bertuliskan, “Kami bersama Ali Abdullah Saleh, Kami bersama Yaman” juga slogan sentimen berisi “Oposisi ingin menghancurkan Yaman”.
Menghadapi tuntutan untuk hengkang dari kursi kepresidenan, Saleh pada Rabu (2/2) mengumumkan bahwa dia tidak akan mencalonkan diri pada putaran pemilihan presiden berikutnya, dan menyatakan bahwa ia akan membekukan rencana perubahan konstitusi yang akan memungkinkan dia untuk tetap menjabat sebagai presiden seumur hidup.
Dia juga mengklaim ia menentang aturan turun-temurun, sebagai respon terhadap kecurigaan di kalangan kritikus yang mengenai putra sulungnya, Ahmed Saleh, yang memerintah satuan elit tentara Yaman, untuk menggantikannya sebagai presiden.
Saleh juga mengumumkan ia akan menunda pemilu kontroversial pada bulan April.
Sementara itu, demonstrasi tetap menggema di luar istana Abdullah Saleh. Mohammed al-Sabri dari aliansi oposisi Forum Umum mengatakan seruan Saleh untuk menghentikan protes itu “tidak bisa diterima.” Namun, ia mengatakan kelompok itu akan “segera mendiskusikan pidato pengumuman presiden.”
Sebelumnya, bentrokan terjadi dalam aksi protes terhadap Saleh, termasuk pada tanggal 29 Januari ketika puluhan aktivis menyerukan Saleh turun bentrok dengan para pendukung rezim di Sanaa.
Khawatir terhadap peristiwa yang melanda negara-negara tetangganya, kaburnya Zine El Abidine Ben Ali di Tunisia dan gelombang protes anti-rezim di Mesir, Saleh mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan mendesak untuk mengatasi pengangguran sesegera mungkin. (althaf/arrahmah.com)