MEKKAH (Arrahmah.id) — Sesuai keputusan pemerintah Arab Saudi, pada Selasa 27 Juni 2023 atau 9 Dzulhijjah jamaah haji seluruh dunia menjalani prosesi wukuf di Arafah. Sejak Senin (26/6/2023) pagi hingga tadi malam seluruh jamaah haji diberangkatkan dari Makkah menuju Arafah.
Dilansir Medcom (26/6), jamaah haji berada di Arafah untuk menjalani prosesi wukuf yang merupakan salah satu rukun haji yang wajib dilaksanakan. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi sudah membuat runutan acara pelaksanaan wukuf di Arafah.
Berikut ini susunan acara wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijjah 1444 H yang oleh pemerintah Arab Saudi ditetapkan jatuh pada 27 Juni 2023.
- Pukul 04.00 – 04.10 WAS (waktu Arab Saudi) : Persiapan shalat Shubuh
-
Pukul 04.10 – 04.30 WAS : Shalat Shubuh berjamaah dengan muadzin H Misbah dan Imam oleh KH. Agus Ma’arif, Lc, M.A.
-
Pukul 04.30 – 04.50 WAS : Penyejuk rohani dengan materi, Menyelami makna dan hikmah wukuf dengan narasumber KH. Dr. Aris Ni’matullah
-
Pukul 04.50 – 06.00 WAS : Ibadah mandiri
-
Pukul 06.00 – 07.30 WAS : Break/sarapan pagi
-
Pukul 07.30 – 09.30 WAS : Layanan konsultasi manasik dengan narsumber KH. Dr. Miftah Fakih, KH. Dr. Aris Ni’matullah, KH. Dr. Syarif Abu Bakar
-
Pukul 09.30 – 10.45 WAS : Ibadah mandiri
-
Pukul 10.45 – 10.55 WAS : Pembukaan
-
Pukul 10.55 – 11.05 WAS : Pembacaan ayat suci Al Quran oleh Rezky Ardinsyah
-
Pukul 11.05 – 11.20 WAS : Laporan Dirjen PHU, Prof H. Hilman Latief, Ph.D.
-
Pukul 11.20 – 11.40 WAS : Sambutan Duta Besar RI, Dr. H. Abdul Aziz, M.A.
-
Pukul 11.40 – 12.00 WAS : Sambutan Komisi VIII DPR RI
-
Pukul 12.00 – 12.20 WAS : Sambutan Amirul Hajj/Menteri Agama RI, H. Yaqut Cholil Qoumas
-
Pukul 12.20 – 12.30 WAS : Penjelasan tata cara wukuf
-
Pukul 12.30 – 13.00 WAS : Khutbah Wukuf oleh Habib Ali Hasan al-Bahar, Lc, M.A.
-
Pukul 13.00 – 13.20 WAS : Shalat berjamaah Jama’ Qashar
-
Pukul 13.20 – 14.00 WAS : Dzikir dan doa wukuf
-
Pukul 14.00 – 15.00 WAS : Istirahat makan siang
-
Pukul 15.00 – 19.00 WAS : Ibadah mandiri
10 Dzulhijjah 1444 H
Pukul 19.00 – 19.20 WAS : Shalat berjamaah Jama’ Qashar
Hari Arafah adalah hari yang amat mulia bagi umat Islam. Hari tersebut adalah hari mustajabnya do’a. Hari tersebut juga adalah hari diampuninya dosa dan pembebasan diri dari siksa neraka.
Di antara keutamaan hari Arafah disebutkan oleh Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah yang kami sarikan berikut ini:
Pertama: Hari Arafah adalah hari disempurnakannya agama dan nikmat. Dalam shahihain (Bukhari-Muslim), ‘Umar bin Al Khottob radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa ada seorang Yahudi berkata kepada ‘Umar,
آيَةٌ فِى كِتَابِكُمْ تَقْرَءُونَهَا لَوْ عَلَيْنَا مَعْشَرَ الْيَهُودِ نَزَلَتْ لاَتَّخَذْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ عِيدًا . قَالَ أَىُّ آيَةٍ قَالَ ( الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا ) . قَالَ عُمَرُ قَدْ عَرَفْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ وَالْمَكَانَ الَّذِى نَزَلَتْ فِيهِ عَلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – وَهُوَ قَائِمٌ بِعَرَفَةَ يَوْمَ جُمُعَةٍ
“Ada ayat dalam kitab kalian yang kalian membacanya dan seandainya ayat tersebut turun di tengah-tengah orang Yahudi, tentu kami akan menjadikannya sebagai hari perayaan (hari ‘ied).” “Ayat apakah itu?” tanya ‘Umar. Ia berkata, “(Ayat yang artinya): Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” ‘Umar berkata, “Kami telah mengetahui hal itu yaitu hari dan tempat di mana ayat tersebut diturunkan pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau berdiri di ‘Arofah pada hari Jum’at.” (HR. Bukhari no. 45 dan Muslim no. 3017). At Tirmidzi mengeluarkan dari Ibnu ‘Abbas semisal itu. Di dalamnya disebutkan bahwa ayat tersebut turun pada hari ‘Ied yaitu hari Jum’at dan hari ‘Arofah.
Kedua: Hari Arafah adalah hari ‘ied (perayaan) kaum muslimin. Sebagaimana kata ‘Umar bin Al Khottob dan Ibnu ‘Abbas. Karena Ibnu ‘Abbas berkata, “Surat Al Maidah ayat 3 tadi turun pada dua hari ‘ied: hari Jum’at dan hari Arafah.” ‘Umar juga berkata, “Keduanya (hari Jum’at dan hari Arafah) -alhamdulillah- hari raya bagi kami.” Akan tetapi hari Arafah adalah hari ‘ied bagi orang yang sedang wukuf di Arafah saja. Sedangkan bagi yang tidak wukuf dianjurkan untuk berpuasa menurut jumhur (mayoritas) ulama.
Ketiga: Hari Arafah adalah asy syaf’u (penggenap) yang Allah bersumpah dengannya sedangkan hari Idul Adha (hari Nahr) disebut al watr (ganjil). Inilah yang disebutkan dalam ayat,
وَالشَّفْعِ وَالْوَتْرِ
“dan (demi) yang genap dan yang ganjil” (QS. Al Fajr: 3). Demikian kata Ibnu Rajab Al Hambali. Namun Ibnul Jauzi dalam Zaadul Masiir menukil pendapat sebaliknya. Yang dimaksud al watr adalah hari Arafah, sedangkan asy syaf’u adalah hari Nahr (Idul Adha). Demikian pendapat Ibnu ‘Abbas, ‘Ikrimah dan Adh Dhohak.
Keempat: Hari Arafah adalah hari yang paling utama. Demikian pendapat sebagian ulama. Ada pula yang berpendapat bahwa hari yang paling utama adalah hari Nahr (Idul Adha).
Kelima: Diriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata, “Hari ‘Arafah lebih utama dari 10.000 hari.”’Atho’ berkata, “Barangsiapa berpuasa pada hari ‘Arofah, maka ia mendapatkan pahala seperti berpuasa 2000 hari.”
Keenam: Hari Arafah menurut sekelompok ulama salaf disebut hari haji akbar. Yang berpendapat seperti ini adalah ‘Umar dan ulama lainnya. Sedangkan ulama lain menyelisihi hal itu, mereka mengatakan bahwa hari haji akbar adalah hari Nahr (Idul Adha).
Ketujuh: Puasa pada hari Arafah akan mengampuni dosa dua tahun. Dari Abu Qotadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
“Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu” (HR. Muslim no. 1162).
Kedelapan: Hari Arafah adalah hari pengampunan dosa dan pembebasan dari siksa neraka. Dari ‘Aisyah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ
“Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari Arofah. Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?” (HR. Muslim no. 1348).
Allah pun begitu bangga dengan orang yang wukuf di Arafah. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِى مَلاَئِكَتَهُ عَشِيَّةَ عَرَفَةَ بِأَهْلِ عَرَفَةَ فَيَقُولُ انْظُرُوا إِلَى عِبَادِى أَتَوْنِى شُعْثاً غُبْراً
“Sesungguhnya Allah berbangga kepada para malaikat-Nya pada sore Arafah dengan orang-orang di Arafah, dan berkata: “Lihatlah keadaan hambaku, mereka mendatangiku dalam keadaan kusut dan berdebu” (HR. Ahmad 2: 224. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanadnya tidaklah mengapa). (hanoum/arrahmah.id)