Dalam rangka memperingati pembukaan Kamp Tahanan Guantanamo di Kuba di tahun ke lima, sejumlah aktifis HAM dan mantan tahanan Guantanamo berikut keluarga para tahanan, menggelar aksi “Kemarahan Dunia” hari ini (11/1). Mereka menuntut agar kamp tahanan itu segera ditutup.
Organisasi Amnesti Internasional hari Rabu (10/1) menyebutkan bahwa di berbagai pelosok dunia, akan menyaksikan demonstrasi dan aksi jalanan yang menuntut khususnya kepada AS, Inggris, Spanyol, Itali, dan Jepang, juga negara lainnya, agar Kamp Tahanan Guantanamo tidak lagi diperpanjang masa operasinya. Mereka seluruhnya sudah merasakan cukup bukti kuat yang menjelaskan bahwa dalam kamp tersebut terjadi berbagai pelanggaran HAM yang sadis dan tidak berprikemanusiaan.
Aksi jalanan itu, diikuti oleh sejumlah mantan tahanan Guantanamo, termasuk dua orang Inggris Rehal Ahmad dan Syafeq Rasul. Kedua orang itu juga rencananya akan datang ke Jepang pada hari Sabtu (13/1) guna menayangkan film “Road to Guantanamo” yang memang diambil dari pengalaman keduanya di penjara Guantanamo bersama seorang warga Inggris yang juga kini sudah dibebaskan, Asev Iqbal. Para demonstran yang menggelar aksi di depan Kedutaan Besar AS di London, mengenakan pakaian tahanan berwarna kuning orange yang memang dikhususkan untuk para tahanan Guantanamo.
Syehan, seorang perempuan AS yang terkenal sebagai tokoh anti perang sudah bertolak ke Kuba guna bergabung dengan para demonstran menuntut penutupan Guantanamo. Ia juga akan bergabung dengan aksi jalanan ke basis Angkatan Laut AS di Timur Kuba, di mana di lokasi itu telah ditahan 395 orang tahanan. “Saya tidak takut. Yang paling penting adalah kita harus menentang prilaku tidak manusiawi yang dilakukan oleh negara saya AS di Guantanamo,” ujarnya.
Ia melanjutkan bagaimana dirinya sangat galau dengan informasi yang ia terima tentang Guantanamo. “Sekaranglah waktu yang tepat untuk mengajak orang agar menghentikan apa yang terjadi,” tambahnya. Syehan sendiri mempunyai seorang anak laki-laki yang terbunuh dalam perang AS atas Irak. Syehan lalu memimpin gerakan anti perang di AS, setelah sebelumnya ia mendirikan tenda di luar pekarangan rumah George Bush di Texas. Ia lalu juga pernah tiga kali ditangkap polisi akibat demonstrasi yang digelarnya. AS sendiri sebenarnya telah mengeluarkan larangan bagi warga negaranya yang ingin berangkat ke Kuba. Boleh jadi, AS akan memberi hukuman terhadap orang-orang yang melanggarnya dengan denda ribuan dolar.
Zahrah Zawawi, ibu Amr Dagesh yang ditahan di kamp Guantanamo mengirimkan surat kepada Presiden Bush melalui Reuters. Dalam surat itu ia meminta Bush membebaskan anaknya dan ratusan tahanan lainnya yang tidak punya bukti maupun tuduhan apapun. Sang anak ditangkap saat berada di Pakistan tahun 2000 sebelum ia kemudian ditangkap dan dibawa ke Guantanamo. “Saya menuntut penutupan Guantanamo dan pembebasan semua tahanan di dalamnya. Saya katakan kepada Bush yang juga seorang ayah, bagaimana perasaannya kalau salah satu anaknya dikurung di tempat seperti Guantanamo?” (na-str/iol)