BEIRUT (Arrahmah.com) – Ledakan bom mobil mengguncang distrik selatan di ibukota Libanon, Beirut pada Kamis (2/1/2014), kubu militan Syi’ah “Hizbullah”, menewaskan sedikitnya lima orang dan melukai 60 lainnya.
Ledakan itu terjadi di dekat sebuah bangunan milik saluran televisi al-Manar, corong propaganda “Hizbullah”.
Al-Manar mengklaim bahwa bahan peledak yang dimuat dalam kendaraan 4WD “tidak terlalu berat”, namun korban cenderung tinggi karena ledakan itu menghantam daerah padat yang dikenal dengan Haret Hreik. Sumber keamanan mengatakan bahwa bahan peledak memiliki berat sekitar 30 kilogram, seperti dilansir Al Arabiya.
Mantan perdana menteri Libanon, Saad al-Hariri mengatakan bahwa mereka yang menjadi korban dalam ledakan adalah korban dari keterlibatan dalam perang asing, mengacu pada keterlibatan “Hizbullah” dalam perang Suriah.
Sementara itu, seorang anggota parlemen Libanon, Mustafa Allouch, mengatakan bahwa ledakan adalah “pesan untuk ‘Hizbullah’ untuk menghentikan keterlibatan Libanon dalam perang sipil Suriah.”
Sejauh ini belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan itu.
Sebelumnya pada bulan Agustus tahun 2013, ledakan serupa juga terjadi di Beirut selatan, menewaskan lebih dari 25 orang dan melukai 35 lainnya.
Ledakan itu terjadi sebulan setelah ledakan bom mobil melukai 53 orang di distrik yang sama.
Pengamat politik Ali Sbeiti menggambarkan situasi keamanan di Libanon saat ini “terbuka dan tidak lagi terkait dengan perselisihan politik dalam negeri.”
“Saat ini terkait dengan konflik Suriah dan persaingan regional,” ujarnya.
Dia menambahkan bahwa pembicaraan politik atau rekonsiliasi di Libanon tidak dapat memperbaiki kondisi keamanan karena keamanan saat ini “di atas kekuasaan politik”. (haninmazaya/arrahmah.com)