KYIV (Arrahmah.id) – Harga gandum melonjak karena ekonomi global mulai merasakan dampak penarikan Rusia dari kesepakatan biji-bijian Ukraina pada Senin (17/7/2023).
Harga di bursa saham Eropa melonjak 8,2 persen pada Rabu (19/7) dari hari sebelumnya, mencapai €253,75 ($284) per ton, sementara harga jagung naik 5,4 persen.
Sementara itu, gandum berjangka AS melonjak 8,5 persen, menandai kenaikan harian tertinggi sejak tepat setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 2022.
Pada Senin (17/7), Rusia mengatakan telah secara resmi memberi tahu Turki, Ukraina, dan PBB bahwa mereka menentang perpanjangan kesepakatan ekspor biji-bijian Laut Hitam.
Langkah ini kemungkinan akan berdampak sangat negatif pada Timur Tengah dan Afrika Utara, yang sangat bergantung pada Ukraina untuk gandum.
Bottom of Form
Sebelum perang, Mesir mengandalkan Rusia dan Ukraina untuk 80 persen gandumnya.
Kesepakatan – yang ditengahi oleh PBB dan Turki pada 2022 – bertujuan untuk memungkinkan ekspor biji-bijian dari Ukraina yang dilanda perang, mengurangi dampak berat perang terhadap harga pangan global.
“Faktanya, perjanjian Laut Hitam tidak lagi berlaku hari ini,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan, Senin (17/7).
“Sayangnya, bagian dari perjanjian Laut Hitam terkait Rusia ini belum diterapkan sejauh ini, jadi pengaruhnya dihentikan.”
Kesepakatan itu awalnya merupakan bagian dari upaya untuk memerangi krisis pangan global yang dipicu oleh gangguan pasokan biji-bijian setelah invasi Rusia ke Ukraina. Kesepakatan itu diperbarui pada Maret, selama 60 hari.
Namun, Moskow sejak itu mengeluarkan tuntutan baru, termasuk pertukaran tahanan dan perubahan pembatasan ekspornya.
Pada Selasa (18/7), Asisten Pertama Menteri Mesir untuk Pasokan dan Perdagangan Dalam Negeri Ibrahim Ashmawy meremehkan dampak dari keluarnya Rusia dari kesepakatan tersebut.
“Secara umum, terlalu dini untuk menilai hal ini, karena setiap gangguan yang terjadi pada rantai pasokan secara negatif akan berdampak pada harga,” kata Ashmawy dalam wawancara di TV Mesir.
Dia mengatakan Mesir memiliki “cadangan aman sejumlah komoditas strategis, selain gandum, dan kami memiliki cadangan yang mencakup periode enam bulan.”
“Mesir bekerja untuk mendiversifikasi rantai pasokan, dengan total 22 titik asal, setelah terkonsentrasi pada saat virus corona di pasar gandum dari Rusia dan Ukraina sebesar 80 persen, tetapi sekarang Mesir memiliki keragaman sumber gandum.” (zarahamala/arrahmah.id)