Oleh: Nita Nuraeni
Aktivis Dakwah
Kenaikan harga beras yang terus-menerus terjadi belakangan ini menjadi sorotan banyak pihak. Pasalnya, beras yang merupakan bahan pokok pangan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, harganya kian meroket. Melonjaknya harga beras tidak hanya berakibat pada menurunnya daya beli konsumen, namun juga dapat mengakibatkan merosotnya perekonomian dan pangan nasional.
Ada beberapa hal yang menyebabkan harga beras dalam negeri melonjak mahal, diantaranya harga produksi yang tinggi. Faktor musim dan cuaca, perubahan iklim yang tidak menentu yang dapat mengganggu produktivitas tanaman padi. Yang mana, musim penghujan datang terlambat, bahkan musim kemarau yang ekstrim. Adanya gangguan distribusi dari produsen ke konsumen yang menyebabkan beras datang terlambat, bahkan sulit untuk didistribusikan kepada konsumen. Bergantung pada impor beras yang akhir-akhir ini dilakukan pemerintah, juga mempengaruhi harga beras melonjak naik. Dan adanya penimbunan dari oknum yang memanfaatkan situasi agar harga beras dapat di utak-atik.
Dilansir dari liputan6.com, disampaikan Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Badan Pangan Nasional, Rachmi Widiriani mengatakan, “Kalau kita perhatikan memang betul harga beras di dalam negeri saat ini tinggi, tapi memang biaya produksinya juga sudah tinggi, sehingga kalau kita runut dari cost factor produksi beras di dalam negeri, kalau kita perhatikan memang tinggi, jadi petani juga berhak mendapatkan keuntungan. Dan saat ini sebetulnya saat-saat yang membahagiakan petani, karena harga gabah mereka dibeli di atas HPP,” ujar Rachmi kepada media, Kamis (19/9/2024).
Hal ini karena sistem kapitalisme yang diterapkan dalam sistem ekonomi global setidaknya telah mampu menciptakan dampak yang begitu signifikan pada masalah pangan. Dalam sistem kapitalisme ini, mau tidak mau harga pangan sangat dipengaruhi oleh kekuatan pasar yang ada. Juga adanya kepentingan pihak-pihak tertentu yang memiliki kendali sangat dirasakan, karena dalam kapitalisme yang dicari adalah keuntungan yang sebesar-besarnya. Serta tidak sesuainya harga yang diberikan pada para petani, yang mana para petani harus menyediakan sendiri modal mereka tanpa bantuan lebih dari pemerintah.
Akhirnya, akan memunculkan ketidakstabilan harga yang merugikan para petani serta masyarakat terutama yang berpenghasilan kecil.
Kapitalisme melihat situasi dan kondisi seperti ini sebagai peluang untuk semakin melebarkan sayapnya dalam mengimpor beras. Alih-alih mendatangkan bantuan dari luar negeri, justru hal ini adalah bukti abainya pemerintah dalam menjamin kesejahteraan para petani. Dan hal ini tentu saja hanya akan menguntungkan para oligarki.
Salah satu upaya yang seharusnya dilakukan pemerintah adalah menstabilkan ketahanan pangan dengan menyediakan pupuk yang terjangkau harganya oleh para petani. Juga pengadaan alat-alat yang dapat menunjang kinerja para petani agar bisa mengoptimalkan swasembada pangan.
Dalam Pemerintahan Islam pemenuhan kebutuhan dasar pokok termasuk pangan, merupakan hak setiap warga negara. Negara Islam akan selalu memastikan tersedianya pangan yang merata, terjangkau, dan berkualitas bagi semua kalangan masyarakat. Ketahanan pangan akan diutamakan, guna mendukung terciptanya masyarakat Islami yang sadar akan kesejahteraan umatnya.
Untuk mencapai hal ini, negara Islam akan mengoptimalkan lahan-lahan pertanian, pendistribusian hasil panen secara adil, serta mendorong inovasi dalam sektor pertanian. Yang mana, hal itu akan menjadikan kuatnya kedaulatan pangan agar menjadi pondasi yang kokoh bagi ketersediaan pangan seluruh masyarakat.
Hal ini akan terwujud apabila sistem Islam yang diterapkan dalam negeri bahkan secara global. Penerapan Islam secara menyeluruh akan memberikan solusi yang jelas terhadap berbagai permasalahan pangan yang dihadapi masyarakat.
Wallahu’alam bis shawwab