JAKARTA (Arrahmah.com) – Sebelum Kongres Umat Islam ke-6 (KUII) digelar di Yogyakarta 9-11 Februari ini, Forum Ukhuwwah Islamiyyah Majelis Ulama Indonesia (FUI MUI) telah mengusulkan agar pada KUII kali ini bisa disepakati pembentukan Majelis Syura Umat Islam, sebagaimana dilaporkan MUI, Jum’at (30/1/2015).
Ketum MUI Prof.Dr. Din Syamsuddin dalam pertemuan pra KUII yang diikuti FUI-MUI di kantor MUI Jakarta, Jumat (30/1) mengatakan, “Saya sepakat dengan usulan pembentukan majelis syura sehingga nantinya bisa diterbitkan rekomendasi tertulis yang subtantif dan fundamental untuk merombak sistem….”
Usulan tersebut dicetuskan oleh Sekjen MUIMI K.H. Bakhtiar Nasir. Ia mengakui bahwa kongres umat Islam masih baru pada titik kebersamaan, sehingga perlu diperkuat dengan pembentukan Majelis Syuro. Kelemahan umat Islam di Indonesia saat ini disebabkan tidak adanya Majelis Syuro yang dipatuhi oleh semua umat Islam. “Pembentukan majelis syura juga untuk menghindari pengambilan keputusan secara liar,” ujarnya.
Selain itu, perwakilan PUI mengusulkan agar KUII dapat menghasilkan subtansi untuk mengangkat derajat umat Islam, termasuk juga membahas penurunan kepercayaan umat Islam terhadap ulama. Untuk itu perlu dibentuk majelis syura yang bisa menjadi rujukan semuanya. Ia mengakui, selama ini MUI sudah menjadi rujukan namun sifatnya parsial.
Di lain pihak, anggota DPD RI A.M. Fatwa mendukung agar kongres kali ini tidak ditunggangi oleh pemerintah. Meskipun dari sejarahnya yang membentuk MUI adalah pemerintah, namun jiwa MUI adalah mengakomodasi umat Islam dalam menempuh islah setelah Masyumi dibubarkan.
Saat itu, Ketum MUI Din Syamsuddin bahkan menyoroti adanya pergeseran lanskap budaya baik tingkat pusat maupun daerah, menurutnya dahulu banyak lanskap kebudayaan bercirikan Islam di zaman kesultanan, seperti adanya alun-alun, pasar dan masjid. “Lanskap itu tergilas oleh liberalisasi ekonom maupun budaya, kalau tidak diperhatikan lanskap itu akan menjadi kenangan saja. Oleh karena itu, KUII nanti akan mengundang sejumlah kesultanan di tanah air,” katanya.
Alhamdulillah, satu dari beberapa harapan tersebut di atas dapat terlaksana dengan adanya kehadiran Sri Sultan Hamengku Buwono X yang turut menguatkan kembali semangat kekhilafahan umat Islam Indonesia dengan pidatonya mengenai hubungan Tanah Jawa dengan Khilafah Utsmaniyah. (Baca: Sri Sultan HB X ungkap hubungan Khilafah Utsmaniyah dengan Tanah Jawa di Kongres Umat Islam Indonesia)
Selain itu, sesuai harapan Din Syamsuddin para undangan dari ormas Islam yang memiliki kepengurusan di tingkat pusat dan memiliki sebaran cabang di daerah-daerah, MUI Provinsi dan sejumlah MUI Kabupaten/Kota, termasuk utusan pesantren dan perguruan tinggi juga turut hadir di KUII ke-6 ini.
Seperti yang dijadwalkan, Wapres Jusuf Kalla juga membuka KUII ke-6 dan akan ditutup oleh Presiden Joko Widodo. Sejumlah sultan dari seluruh Indonesia, lembaga tinggi negara dan kementerian juga hadir pada acara pembukaan.
(adibahasan/arrahmah.com)