KAIRO (Arrahmah.com) – Kebijakan terbaru Presiden Mesir Abdel Fattah al Sisi yang menghilangkan ayat-ayat Al Qur’an dari buku teks agama Islam di sekolah-sekolah menimbulkan kontroversi, lansir Middle East Eye (23/2/2021).
Al Sisi juga memerintahkan pejabat pendidikan untuk menghapus ayat Al Qur’an dari buku teks dari semua mata pelajaran lainnya, seorang pejabat Kementerian Pendidikan mengungkapkan baru-baru ini.
Reda Hegazi, wakil menteri pendidikan, menambahkan bahwa presiden Mesir telah meminta Kementerian Pendidikan untuk mengizinkan guru sekolah moderat hanya mengajarkan teks Islam kepada murid di sekolah-sekolah negara.
“Ini bertujuan untuk melawan ekstremisme dan mencegah ekstremis mengajarkan agama kepada murid-muridnya,” klaim Hegazi kepada anggota Komite Pertahanan dan Keamanan Nasional di Dewan Perwakilan (majelis rendah parlemen) pada 14 Februari.
Sisi telah meminta pejabat pendidikan dan agama, terutama di al Azhar, untuk mereformasi kurikulum sekolah dan membersihkan buku-buku dari konten agama yang diduga telah digunakan oleh kelompok militan untuk membenarkan serangan mereka.
Al Azhar, yang memiliki ribuan sekolah dan universitas yang memiliki cabang di beberapa provinsi Mesir, mengatakan sedang merevisi kurikulum sekolah dan menghapus konten yang dianggap bermasalah.
Mesir menilai bahwa buku teks yang dipakai sekolah-sekolah yang diawasi oleh Kementerian Pendidikan yang berjumlah hampir 50.000 dan sekolah serta institut al Azhar yang berjumlah sekitar 65.000 banyak memuat referensi Al Qur’an.
Teks-teks agama ini, khususnya di buku teks non agama dinilai berbahaya.
“Ini memberi kesempatan bagi guru sekolah untuk salah menafsirkan,” kata Freddy Elbaiady, anggota Komite Pertahanan dan Keamanan Nasional DPR.
Mantan Menteri Kebudayaan Mesir, Gaber Asfour malah menyerukan penghapusan pendidikan agama dan sekolah agama serta mengharuskan Pendidikan sekuler murni.
Sekularisme sendiri memiliki konotasi negatif di kalangan konservatif Mesir dan partai-partai berbasis Islam. Seruan Sisi terbaru ini dipandang sebagai serangan terhadap identitas Islam yang dianut mayoritas rakyat Mesir.
“Menghapus ayat-ayat al Qur’an ini akan melemahkan kurikulum, terutama kurikulum bahasa Arab,” Salah Abdel Maaboud, seorang anggota senior partai Al Nour, mengomentari keputusan al Sisi.
Beberapa warga memiliki pandangan yang sama. Mereka mengatakan kehadiran ayat-ayat Al Quran di buku teks sekolah diperlukan untuk proses pendidikan itu sendiri.
“Ayat-ayat ini mendukung informasi yang disebutkan di buku teks. Kehadiran ayat-ayat ini membuat informasi buku teks tidak diragukan lagi,” kata Shaimaa Sayed, seorang ibu rumah tangga dan ibu tiga anak sekolah.
Selain memerintahkan menghapus beberapa konten al Qur’an dari buku pelajaran sekolah, al Sisi juga memperketat kontrol atas masjid. Pengawas yang ditunjuk oleh pemerintah memeriksa perpustakaan masjid untuk memastikan bahwa tidak terdapat buku atau kaset yang dianggap radikal.
Pemerintah Mesir juga membatasi dakwah di lebih dari 100.000 masjid di negara itu. Hanya lulusan Al Azhar yang digaji oleh Kementerian Wakaf Agama lah yang dapat mengawasi masjid.
Bahkan saat ini muncul wacana untuk menangguhkan ajaran agama Islam sebagai mata pelajaran yang terpisah. Sebaliknya, kata kementerian, sebuah buku yang berisi prinsip-prinsip dan cita-cita yang dimiliki oleh penganut semua agama surgawi akan diajarkan kepada siswa dari semua agama di semua tingkat pendidikan. (Hanoum/Arrahmah.com)