GAZA (Arrahmah.id) – Hanya satu dokter yang tersisa di Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara setelah staf medis fasilitas tersebut ditahan atau dipaksa keluar oleh tentara ‘Israel’, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
“Satu dokter anak masih ada,” kata kementerian dalam sebuah pernyataan pada Senin (28/10/2024) saat menyerukan kepada organisasi internasional untuk segera mengirim tim medis guna membantu di rumah sakit tersebut.
Pasukan ‘Israel’ mengepung rumah sakit tersebut pekan lalu, menyerbunya pada Jumat (25/10) ketika memerintahkan semua pasien dan staf medis untuk berkumpul di halaman rumah sakit. Puluhan petugas kesehatan dari antara 600 warga Palestina yang terjebak di dalam rumah sakit, ditahan.
“Setelah penahanan 44 staf laki-laki, hanya staf perempuan, direktur rumah sakit, dan satu dokter laki-laki yang tersisa untuk merawat hampir 200 pasien yang sangat membutuhkan perhatian medis,” kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Direktur Jenderal Tedros Adhanom, pada X pada Sabtu (26/10).
Since this morning’s reports of a raid of Kamal Adwan Hospital in northern #Gaza, we have lost touch with the personnel there. This development is deeply disturbing given the number of patients being served and people sheltering there.
Prior to this, @WHO and partners managed to… pic.twitter.com/KL5ElhoQia
— Tedros Adhanom Ghebreyesus (@DrTedros) October 25, 2024
Direktur rumah sakit, Dr. Hussam Abu Safiya, termasuk di antara staf medis yang ditangkap oleh pasukan ‘Israel’.
Permohonan kepada Dunia
Menyusul penarikan pasukan pada Sabtu (26/10), dr. Abu Safiya menggambarkan dalam pesan video, situasi yang “sangat mengerikan” di rumah sakit tersebut.
“Setelah penarikan pasukan, sekitar 31 orang dari staf medis kami ditangkap atau diciduk, sehingga jumlah kami saat ini tinggal sedikit,” katanya.
Lebih dari 145 pasien yang terluka membutuhkan perawatan medis atau “layanan bedah”, jelasnya, seraya menambahkan “Kami tidak memiliki layanan tersebut, layanan tersebut tidak tersedia.”
“Kami telah menyerukan kepada dunia, memohon agar dibukanya koridor kemanusiaan untuk mendatangkan tim medis yang dapat berupaya menyelamatkan mereka yang dapat diselamatkan,” kata direktur rumah sakit tersebut.
🧵This footage of Palestinian #physicians surrendering themselves, in white lab coats, to Israel’s IDF – will forever remain a disgrace for all “silent” medical societies!
Today, Israeli Occupation Forces invaded & Occupied Kamal Adwan #Hospital (North Gaza) after days of… pic.twitter.com/XoC0Lh52OZ
— Ahmed Teebi, MD MPH🗝️ (@Teebi_MD) October 25, 2024
Nol Persediaan
Dr. Abu Safiyya mengatakan sejumlah besar pasien meninggal karena kurangnya sumber daya.
“Ambulans telah lumpuh total, jadi kami meminta dunia untuk mengizinkan ambulans masuk guna membantu pemindahan kasus antar rumah sakit,” tegasnya.
“Semua persediaan kami telah mencapai nol… seluruh sistem sedang runtuh,” katanya.
Putra dr. Abu Safiyya, Ibrahim, tewas dalam serangan udara ‘Israel’ pada Sabtu (26/10), menyusul penolakan direktur rumah sakit untuk meninggalkan rumah sakit.
“Anak saya terbunuh karena kami membawa pesan kemanusiaan,” ujarnya sambil menangis.
“Anak-anak kami dibunuh. Saya mengubur anak saya di dekat dinding rumah sakit.”
Dr Hussam Abu Safia, Director of Kamal Adwan Hospital in the northern Gaza, cries at his son’s funeral, murdered by the israelis: devils incarnate pic.twitter.com/dWEQQngkYT
— Sarah Wilkinson (@swilkinsonbc) October 26, 2024
Jalur Gaza utara telah dikepung total oleh pasukan ‘Israel’ selama lebih dari tiga pekan, dengan semua akses terhadap makanan, air, dan bantuan medis terputus.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, lebih dari 1.000 warga Palestina telah tewas dalam 24 hari pengepungan. (zarahamala/arrahmah.id)