GAZA (Arrahmah.id) – “Dengan membiarkan kebrutalan “Israel”, AS pada akhirnya bertanggung jawab atas pengeboman Rumah Sakit Kristen Baptis Al-Ahli di Gaza,” kata pemimpin Hamas Ismail Haniyeh.
Haniyeh, kepala biro politik Hamas di Gaza, mengatakan bahwa pengeboman itu akan “merupakan titik balik” dalam perjuangan kelompoknya melawan negara Yahudi.
“Orang-orang Amerika yang memberikan perlindungan tanpa batas bertanggung jawab atas pembantaian (Rumah Sakit) Baptis. Siapa pun yang mendukung “Israel” bertanggung jawab atas pelanggaran yang dilakukannya di Gaza,” katanya dalam pernyataan yang disiarkan televisi pada Selasa malam (17/10/2023).
“Pembantaian di rumah sakit menegaskan kebrutalan musuh dan besarnya rasa kekalahannya,” lanjut Haniyeh, seraya menambahkan bahwa “pembantaian ini akan menjadi titik balik dan banjir yang akan menambah banjir di Al-Aqsa,” mengacu pada nama operasi Hamas yang sedang berlangsung melawan “Israel”.
Rumah Sakit Al-Ahli yang dikelola Kristen Anglikan ini, juga dikenal sebagai Rumah Sakit Baptis, hancur akibat serangan rudal “Israel” pada Selasa (17/10).
Sekitar 471 warga Palestina tewas dan lebih dari 314 orang terluka dalam serangan itu, Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan pada Rabu (18/10), menyebut serangan itu sebagai “pembantaian Israel.”
Pada saat serangan terjadi, pesawat tempur “Israel” telah melakukan serangan udara terus menerus di Gaza selama lebih dari sepekan. Selama ini, para pejabat Amerika telah menyatakan solidaritasnya dengan “Israel” dan berjanji meningkatkan bantuan militer kepada negara Yahudi tersebut.
Berbicara kepada Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu pada konferensi pers di Tel Aviv pada Rabu (18/10), Presiden AS Joe Biden mengklaim bahwa serangan itu “dilakukan oleh orang lain, dan bukan oleh Anda.”
Biden menjelaskan bahwa dia mengunjungi “Israel” untuk alasan sederhana, “Saya ingin rakyat “Israel” dan dunia mengetahui posisi AS.”
Penghancuran rumah sakit memicu protes dan kerusuhan di seluruh negeri Muslim dan menyebabkan Yordania membatalkan rencana pertemuan puncak antara Biden dan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas. (zarahamala/arrahmah.id)