JAKARTA (Arrahmah.com) – Ahmed Pitaya, begitu kami samarakan namanya, anggota LSM Myanmar mengungkapkan bahwa tragedi kemanusiaan yang terjadi di Rakhine State, “Hampir seperti genocide,” katanya kepada arrahmah.com di kantor Aksi Cepat Tanggap (ACT) kemarin Senin (28/5/2013).
Kedatangan Ahmed di Jakarta, difasilitasi oleh ACT, untuk menjelaskan seara rinci fakta dan data tentang tragedi agama dan kemanusiaan. Juga dapat digunakan untuk mencek silang mengenai kejadian yang menimpa muslim Rohingya. Informasi yang beredar di media masa dan simpang siurnya pemberitaan bisa langsung dikonfrontir di sini.
Saat tokoh-tokoh muslim Indonesia bertemu dengan Dubes Myanmar beberapa hari lalu, Min Lwin, Dubes Myanmar menjamin 100 % tidak ada pemberihan etnis di Rakhine Dia mengungkapkan bahwa pemerintah Myanmar menjamin 100 % tidak ada pembersihan etnis di Myanmar. “Saya menjamin 100% bahwa ini bukan pembersihan etnis.” Katanya
Lalu pernyataan ini dikonfirmasi dengan Ahmed, dan dia menjawab bahwa yang terjadi di Rakhine State adalah hampir mirip dengan genocide atau “hampir seperti genocide” katanya. Seperti ada pembiaran dari pemerintah akan adanya konflik ini. Masyarakat dibiarkan begitu saja mengurus sendiri hal-hal yang dibutuhkan, padahal mereka dalam keadaan ketakutan dan intimidasi. Hal ini juga tidak ditampik oleh Doddy dari ACT. Dia datang ke Rakhine pada saat konflik masih dini yakni bulan Agustus 2012.
Dia menyaksikann masjid-masjid yang terbakar. “Saya masih lihat tuh masjid-masjid yang baru terbakar,” katanya kepadaarrahmah.com Doddy juga menambahkan bahawa dari 33 masjid di Sitway tinggal 6 masjid saja. Ahmed dan Doddy sepakat bahwa muslim tidak mendapatkan layanan kesehatan, papan, sanitasi dan pangan yang memadai.
Ahmed berharap, “Perlu kebersamaan antarbangsa untuk bisa mengembalikan kedamaian antaretnik, antarumat beragama di Myanmar. Ini bisa didorong dengan kerjasama antarlembaga kemanusiaan.” Ujarnya diplomatis
Persoalan di negara bagian Rakhine tidak hanya mengenai jiwa dan darah manusia, meski itu yang pokok dan utama. Dari mulai kemiskinan maka akan terurai panjang permasalahan muslim Rohingya yakni pengangguran, pendidikan, kriminalitas populasi penduduk dan lain sebagainya. Belum lagi permasalahan psikis akibat konflik yang berkepanjangan.
(azmuttaqin/arrahmah.com)