(Arrahmah.id) – Tingkat polusi udara di hampir setiap negara melebihi batas yang dianggap aman oleh para ahli medis, untuk dihirup, menurut sebuah laporan terbaru.
Sebuah analisis oleh perusahaan teknologi kualitas udara Swiss IQAir, yang diterbitkan pada Selasa (12/3/2025), menemukan bahwa hanya tujuh negara yang memenuhi batas yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk materi partikulat halus (PM2.5) pada 2024, lansir Anadolu.
Negara-negara ini termasuk Australia, Selandia Baru, Estonia, Islandia, dan beberapa negara kepulauan kecil, yang semuanya mempertahankan rata-rata tahunan 5µg PM2.5 per meter kubik atau lebih rendah.
Di sisi lain, Chad, Bangladesh, Pakistan, Republik Demokratik Kongo, dan India berada di peringkat teratas sebagai negara yang paling tercemar. Laporan tersebut menemukan bahwa tingkat PM2.5 di negara-negara ini melebihi pedoman WHO setidaknya sepuluh kali lipat, dengan konsentrasi di Chad mencapai hingga 18 kali lipat dari batas yang direkomendasikan.
Para ahli medis memperingatkan bahwa tidak ada tingkat paparan PM2.5 yang sepenuhnya aman, karena partikel mikroskopis ini dapat masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan kerusakan organ yang parah. Namun, mengikuti pedoman kualitas udara dapat membantu mencegah jutaan kematian setiap tahunnya. Secara global, polusi udara adalah penyebab kematian nomor dua setelah tekanan darah tinggi.
Frank Hammes, CEO IQAir, menekankan risiko kesehatan jangka panjang dari udara beracun, dengan menyatakan: “Polusi udara tidak langsung membunuh kita -mungkin butuh dua hingga tiga dekade sebelum kita melihat dampaknya terhadap kesehatan, kecuali jika polusi udara tersebut sangat ekstrem.”
Banyak orang gagal mengenali bahaya polusi udara hingga dampaknya terlihat di kemudian hari, tambahnya: “(Menghindarinya) adalah salah satu hal pencegahan yang tidak dipikirkan orang hingga terlambat,” The Guardian melaporkan.
Sekarang di tahun ketujuh, laporan tahunan ini menyoroti beberapa peningkatan kualitas udara, mencatat bahwa persentase kota yang memenuhi standar PM2.5 meningkat dari 9% pada tahun 2023 menjadi 17% pada 2024.
India, yang merupakan rumah bagi enam dari 10 kota paling tercemar di seluruh dunia, mencatat penurunan polusi udara sebesar 7% selama setahun terakhir.
Cina juga terus membuat kemajuan, dengan polusi PM2.5 yang ekstrem berkurang hampir setengahnya antara tahun 2013 dan 2020. Kualitas udara Beijing sekarang sebanding dengan kualitas udara Sarajevo, yang tetap menjadi kota paling tercemar di Eropa selama dua tahun berturut-turut. (haninmazaya/arrahmah.id)