JAKARTA (Arrahmah.com) – Salah seorang pendiri INSISTS Hamid Fahmi Zarkasyi, M.phil, Ph.D mengatakan bahwasanya Indonesia merupakan negara yang terbilang berhasil terserang penyakit liberalisme agama dibanding negeri-negeri muslim di belahan bumi lainnya seperti di Timur Tengah ataupun di Afrika. Hal tersebut terjadi karena adanya peran media dalam penyebarannya.
“Wacananya memang disebarkan melalui media, karena ciri dari postmodernisme adalah penggunaan Media,” kata Hamid Fahmi yang baru diamanahkan menjadi ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) kepada arrahmah.com seusai milad Insists ke-9 tahun di Cikini, Jakarta, Selasa Malam (29/2).
Hamid menjelaskan, selain masifnya media mempromosikan liberalisme agama, penyebaran faham “Sepilis” (sekularisme, pluralisme, dan liberalisme) dilakukan pula melalui mahasiswa-mahasiswa perguruan tinggi.
“Mahasiswa tersentuh dengan wacana-wacana tersebut, mereka merasa menjadi orang berilmu pengetahuan jika menganut wacana tersebut,” tutur ketua program Kader Ulama Pesantren Gontor, Ponorogo ini.
Penyebaran faham sepilis menurutnya, sudah menyebar di desa-desa, bahkan ia pernah mendengar khotib Jum’at mewacanakan pemikiran-pemikiran tersebut. Penyebaran tersebut didukung oleh kondisi masyarakat yang sudah terwesternisasi akibat sentuhan masyarakat desa dengan budaya kota ketika melakukan urbanisasi.
“Bisa jadi ke depan, penduduk desa percaya dengan pluralisme,” tukasnya khawatir.
Selain faktor di atas, keberhasilan penyebaran faham SEPILIS di Indonesia menurut Hamid, didukung juga oleh kekuatan asing. Dengan bukti pertama ialah, “pernyataan pejabat AS, bahwa AS mengalihkan perhatian ke Asia tenggara khususnya Indonesia, dari usaha mereka di Timur tengah,” bebernya.
Bukti kedua, adalah adanya data dari Rand Corporation, lembaga yang menjadi think-thank kebijakan AS.
“Upaya mereka untuk mengutak-atik tafsir al-Qur’an dan memecah belah antara kalangan Islam modern dan tradisional,” tambahnya.
Uniknya, menurut Hamid, utusan Indonesia pada acara pertemuan kelompok gender mendapat apresiasi.
“Di sana utusan Indonesia dipuji karena keberhasilannya mengarusutamakan gender, padahal di negeri muslim lainnya mereka gagal,” ungkapnya
Faktor internal di Indonesia yang lemah juga menjadi penyebab suburnya penyebaran faham liberal.
“Indonesia ini negeri besar, tetapi rapuh. Rapuh intelektualnya dan rapuh masyarakatnya,” lontar Hamid Fahmi.
Untuk menghadapi faham tersebut, Hamid Fahmi Zarkasyi menilai perlu adanya komunitas-komunitas yang dibangun untuk menjelaskan bahaya faham liberal kepada masyarakat, “juga menggunakan media untuk membendung penyebaran faham tersebut,” pungkasnya. (bilal/arrahmah.com)