JALUR GAZA (Arrahmah.id) – Gerakan perlawanan Palestina, Hamas, mengklaim bahwa pihaknya dan beberapa faksi perlawanan yang ada di Palestina yakin mampu memenangkan peperangan jangka panjang melawan “Israel”.
Hal tersebut didasari oleh rencana pertahanan besar yang telah disusun Hamas, yang berbasis di Gaza, untuk menghadapi serangan “Israel”.
Klaim yang dilontarkan Hamas bisa menjadi kenyataan karena mereka sudah berpengalaman dalam berjuang di garis depan melawan penjajahan “Israel”. Hamas hingga kini juga berhasil memberikan efek kejut bagi “Israel”, AS, dan sekutu-sekutunya.
Berikut 5 bukti yang membuat Hamas yakin pejuang Palestina mampu memenangkan peperangan melawan “Israel”.
1. Persatuan Faksi Perlawanan Palestina
Hamas menekankan bahwa kesatuan di antara faksi-faksi perlawanan di Palestina selama Operasi Banjir Al-Aqsa membuat para komandan militer “Israel” bingung.
“Kami yakin bahwa kami akan keluar sebagai pemenang dari perang ini. Kami meyakinkan rekan-rekan Palestina kami bahwa front perlawanan memiliki kekuatan yang diperlukan untuk membebaskan semua tahanan Palestina,” kata Ali Baraka, kepala Hubungan Nasional Hamas di Luar Negeri, mengatakan kepada situs berita Lebanon Al-Ahed di Beirut.
2. “Israel” tidak mencapai kemajuan apapun
Baraka memaparkan bahwa militer “Israel” gagal mencapai kemajuan apa pun di lapangan meskipun terjadi serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza.
Ia mencatat bahwa rezim pendudukan Tel Aviv melancarkan serangan darat ke Gaza setelah Operasi Bnajir Al-Aqsa membuat dinas militer dan intelijennya benar-benar lengah.
Namun meski demikian, mereka gagal mencapai tujuan yang dinyatakan, termasuk penghancuran Hamas, pembebasan warga “Israel”, tawanan, dan pengungsian permanen warga Palestina dari Gaza.
Pejabat tinggi Hamas tersebut mengatakan bahwa “Israel” tenggelam semakin dalam ke rawa Gaza, menekankan bahwa rezim pendudukan gagal mencapai satu kemenangan pun setelah 60 hari perang di wilayah yang terkepung tersebut.
3. Dukungan penuh dari rakyat Palestina
“Ketabahan warga Palestina dan keberanian para pejuang perlawanan, yang menimbulkan banyak korban jiwa pada tentara musuh, menghancurkan rencana Zionis. Selain itu, perubahan drastis dalam opini publik dunia mengungkap sifat sebenarnya dari entitas Zionis, dan kebohongan besar (Perdana Menteri ‘Israel’) Benjamin Netanyahu dan Presiden AS Joe Biden,” kata Baraka.
Dia menggarisbawahi bahwa keterlibatan “Israel” di beberapa bidang, terutama di Lebanon, Yaman dan Irak, membantu front perlawanan Palestina dan membuat rezim yang mengambil alih kekuasaan menjadi kebingungan.
4. Mendapat bantuan dari Lebanon dan Yaman
“Tentara rezim Zionis kini tidak berdaya dan dalam keadaan terkikis di Lebanon selatan, serta melawan Angkatan Bersenjata Yaman yang menghalangi lewatnya kapal-kapal ‘Israel’ melalui Selat Bab el-Mandeb,” kata Baraka.
Ia menyatakan bahwa kombinasi faktor-faktor tersebut memaksa “Israel” untuk menyetujui persyaratan kelompok perlawanan Palestina dan menerima gencatan senjata sementara yang telah diperpanjang beberapa kali.
“Militer ‘Israel’ sejauh ini tidak memperoleh hasil apa pun selama putaran kedua agresinya. Pejuang perlawanan telah menghancurkan lebih dari 50 kendaraan militer lapis baja dan membunuh sejumlah besar tentara Israel,” katanya.
5. Perpecahan rakyat “Israel”
Baraka mengungkapkan bahwa pemukim “Israel” mendesak Netanyahu untuk menyetujui gencatan senjata dan menghentikan perang.
“Semua Zionis menyadari bahwa Netanyahu memperpanjang perang ini demi kepentingan pribadinya. Mereka bersikeras bahwa dia harus diadili atas kekalahan yang dideritanya akibat Operasi Banjir Al-Aqsa setelah kampanye militer di Gaza berakhir. Kami yakin bahwa kami akan memenangkan perang ini karena perlawanan dengan gagah berani melawan pasukan musuh, dan masih memiliki banyak kejutan bagi mereka,” ujar Baraka.
Front perlawanan mempunyai kekuatan untuk membebaskan semua tahanan Palestina, Baraka menyimpulkan.
Sebagaimana diketahui, “Israel” mengobarkan perang di Jalur Gaza pada tanggal 7 Oktober setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas melakukan serangan mendadak, yang disebut Operasi Banjir Al-Aqsa, terhadap wilayah pendudukan sebagai tanggapan atas meningkatnya kekerasan rezim terhadap warga Palestina.
Hingga kini, lebih dari 16.000 warga Palestina tewas dalam perang yang didukung AS, sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak. (Rafa/arrahmah.id)