GAZA (Arrahmah.id) — Seorang sumber kelompok perlawanan Palestina Hamas mengatakan mereka masih menahan kurang lebih 30 jenderal Israel dan perwira Shin Bet. Menurutnya, pemerintah Israel sedang berupaya memberikan informasi palsu kepada keluarga para tahanan.
Ia membantah laporan media Israel yang mengatakan Hamas hanya mengusulkan penukaran 20 orang tahanan bukan 40 orang, saat perundingan di Kairo, Mesir.
“Klaim ini diikuti oleh laporan pers Israel yang menunjukkan tahanan yang masih hidup tidak melebihi 20 orang, yang bertentangan dengan kenyataan,” kata sumber itu membantah laporan media Israel.
“Tentu saja tidak mungkin untuk menentukan secara akurat jumlah tahanan yang masih hidup, namun yang pasti adalah jumlah tersebut lebih banyak daripada jumlah yang beredar di media Ibrani,” lanjutnya dalam wawancara dengan Al Arabi (24/4/2024).
Sumber yang dirahasiakan identitasnya itu mengatakan Hamas memiliki 30 jenderal Israel dan perwira Shin Bet.
“Kami memiliki sekitar 30 jenderal dan perwira Shin Bet, yang ditangkap pada 7 Oktober (2023), dari unit militer dan beberapa lokasi militer yang sangat sensitif,” katanya.
“Orang-orang ini khususnya berada di tempat-tempat yang sangat aman, jauh dari tangan pendudukan Israel, tidak mungkin menjangkau mereka dalam keadaan apa pun,” ujarnya.
Ia mengatakan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyembunyikan banyak informasi tentang identitas beberapa tahanan personel militer.
“Ini untuk menghindari provokasi kemarahan di antara jajaran pasukan tempaur,” katanya.
“Kemarahan perwakilan tentara Israel dalam delegasi perundingan mengenai tahanan, Mayor Jenderal Netan Zan Alon, disebabkan karena hal ini,” lanjutnya.
Ia mengulangi tuntutan Hamas yang meminta Israel menghentikan agresi di Jalur Gaza sehingga pertukaran tahanan dapat terlaksana.
Sebelumnya, kantor Netanyahu mengumumkan terbunuhnya 33 dari 129 orang yang masih ditahan di Jalur Gaza.
Namun, Israel tidak mengumumkan jumlah personel militernya yang ditahan di Gaza dan malah memasukkan nama mereka termasuk prajurit atau pensiunan/cadangan sebagai warga sipil untuk mengurangi tuntutan dari Hamas.
Dalam wawancara itu, sumber tersebut menyangkal bahwa pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, mengisolasi diri di dalam terowongan.
“Yahya Sinwar tidak terisolasi dari kenyataan di Jalur Gaza meski perang sedang berlangsung dan operasi intelijen Israel tidak berhenti sepanjang hari,” katanya.
Menurutnya, itu hanya propaganda Israel untuk menutupi kekalahannya.
“Yahya Sinwar melakukan pekerjaannya sebagai pemimpin Hamas di lapangan. Baru-baru ini memeriksa daerah-daerah yang menjadi saksi bentrokan antara pejuang perlawanan dan tentara pendudukan,” ujarnya.
Ia mengatakan Yahya Sinwar bertemu dengan beberapa pejuang Hamas di darat dan bukan di terowongan.
Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi 34.151 jiwa dan 77.084 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Rabu (24/4/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Xinhua News.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023).
Israel memperkirakan, ada kurang lebih 136 sandera yang masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, ada lebih dari 8.000 warga Palestina yang berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan The Guardian pada Desember 2023 lalu. (hanoum/arrahmah.id)