GAZA (Arrahmah.id) – Seorang pemimpin Hamas menyatakan bahwa proposal gencatan senjata ‘Israel’ “ditolak secara bulat oleh semua faksi” setelah salah satu syaratnya meminta kelompok tersebut untuk sepenuhnya melucuti senjatanya.
Hamas juga menolak proposal tersebut karena tidak memberikan jaminan jelas tentang berakhirnya perang dan penarikan pasukan ‘Israel’ dari Gaza.
Detail Proposal ‘Israel’
Sebuah sumber Palestina yang mengetahui masalah ini mengungkapkan kepada Al-Araby Al-Jadeed bahwa proposal ‘Israel’ mencakup gencatan senjata selama 45 hari, yang mana Hamas akan membebaskan lima tawanan ‘Israel’ yang masih hidup pada hari kedua, sebagai imbalan atas 66 tahanan Palestina dan 611 warga Palestina yang ditahan dari Gaza.
Sumber tersebut menambahkan bahwa proposal tersebut menetapkan bahwa bantuan akan dilanjutkan pada hari kedua, sementara pasukan ‘Israel’ akan ditarik mundur ke posisi mereka di Rafah dan Gaza.
Proposal tersebut juga menyatakan bahwa hari ketiga kesepakatan negosiasi akan dimulai untuk gencatan senjata permanen, pertukaran tahanan, pelucutan senjata Gaza, serta rencana pasca-perang.
Dinyatakan lebih lanjut bahwa Hamas harus memberikan informasi lengkap tentang semua tawanan yang masih hidup pada hari ke-10 dan melepaskan jenazah 16 warga ‘Israel’ pada hari ke-20 sebagai imbalan atas 160 jenazah warga Palestina dari Gaza.
Usulan tersebut diakhiri dengan pernyataan bahwa negosiasi harus diselesaikan dalam waktu 45 hari, setelah itu semua tawanan yang tersisa akan dibebaskan.
Respons Hamas
Setelah Mesir menyampaikan proposal tersebut kepada Hamas, kelompok itu menyatakan sedang “mempelajari proposal dengan tanggung jawab nasional yang besar” dan akan memberikan tanggapan secepatnya setelah konsultasi internal selesai.
Hamas menegaskan kembali sikapnya bahwa kesepakatan apa pun harus mencakup gencatan senjata permanen, penarikan total pasukan pendudukan ‘Israel’ dari Gaza, pertukaran tahanan yang adil, proses rekonstruksi Gaza, dan pencabutan blokade.
Seorang sumber senior Hamas, yang berbicara secara anonim kepada AFP, menyebut proposal ‘Israel’ “melanggar batas merah”, terutama dalam hal pelucutan senjata.
“Senjata perlawanan adalah garis merah yang tidak bisa ditawar,” tegasnya.
Laporan lain menyebutkan bahwa Hamas menyebut PM Benjamin Netanyahu dan Presiden AS Joe Biden sedang “berjudi dengan nyawa sandera” yang masih tersisa. (zarahamala/arrahmah.id)