GAZA (Arrahmah.id) – Penguasa Hamas di Jalur Gaza tidak mampu membayar gaji 50.000 pekerja sektor publik, dengan sebagian pejabat menyalahkan penundaan hibah gaji bulanan dari Qatar, donor bantuan penting untuk wilayah Palestina yang diblokade tersebut.
Krisis gaji telah memicu banyak kritik di media sosial di Gaza, termasuk oleh beberapa karyawan Hamas sendiri. Penurunan pendapatan pajak dan lonjakan pengeluaran telah membuat situasi semakin sulit.
Sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza hidup dalam kemiskinan, dan ekonomi bergantung pada bantuan asing. Qatar telah membayar ratusan juta dolar sejak 2014 untuk proyek konstruksi. Saat ini membayar $30 juta per bulan untuk tunjangan keluarga, bahan bakar listrik, dan untuk membantu membayar gaji sektor publik, lansir Reuters (16/7/2023).
Pejabat Hamas mengatakan tidak ada bantuan gaji yang diterima sejak hanya lebih dari setengah dari hibah $5 juta diberikan untuk mendukung gaji bulan Mei. Alasan penundaan itu tidak jelas.
Di Doha, Kantor Media Internasional Qatar tidak segera menanggapi permintaan komentar.
“Pemerintah sedang mengalami krisis keuangan yang mencekik dan meningkat, dengan peningkatan terus menerus dalam defisit bulan demi bulan, yang menyebabkan penundaan gaji bulan ini,” kata Awni Al-Basha, wakil menteri yang ditunjuk Hamas, kepada Hamas Aqsa radio.
“Kami melakukan upaya yang signifikan untuk membayar gaji, dan kami berharap dapat melakukannya pada akhir pekan ini,” katanya.
Gaji bulanan membebani Hamas 125 juta shekel ($34,5 juta) per bulan, kata Basha.
Pada Ahad (16/7), Salama Marouf, ketua kantor media pemerintah Hamas, mengatakan ada juga peningkatan belanja, terutama untuk kementerian kesehatan dan pembayaran utang bank. Dia meminta Qatar untuk meningkatkan hibah gaji menjadi $7 juta.
Gaza telah berada di bawah blokade Israel-Mesir sejak 2007 ketika Hamas, yang menentang perdamaian dengan “Israel”, mengambil kendali. Pegawai sektor publik belum menerima gaji penuh sejak 2013.
“Dengan 60% (dari gaji) kami biasa memenuhi kebutuhan pokok di rumah. Apa jadinya kalau gaji dipotong sama sekali?” kata Mahmoud Al-Farra, seorang karyawan di kantor media pemerintah Hamas. “Ini kekecewaan besar.”
Beberapa turun ke media sosial, mempertanyakan apakah krisis itu asli.
“Kemana perginya pajak yang mereka kumpulkan dan hibah yang masuk ke Gaza?” salah satu warga memposting di Facebook. (haninmazaya/arrahmah.id)