GAZA (Arrahmah.id) — Kelompok perlawanan Palestina Hamas dilaporkan telah berkata kepada juru penengah bahwa pihaknya bersedia melakukan gencatan senjata jangka panjang dengan Israel.
Dua narasumber The Times of Israel (21/4/2025) yang mengetahui persoalan itu mengatakan Hamas siap menghentikan semua operasi militer, termasuk pengembangan senjata dan pembangunan terowongan bawah tanah.
Menurut seorang pejabat Palestina dan seorang diplomat dari negara Arab, gencatan itu merupakan bagian dari kesepakatan yang dicari Hamas guna menyudahi perang di Jalur Gaza.
Dikatakan pula bahwa Hamas bersedia menyerahkan pemerintahan Gaza kepada sebuah badan Palestina yang berisi para teknokrat.
Diplomat Arab itu juga menyebut sejumlah pejabat Hamas sudah mengindikasikan kesediaan mereka untuk menyimpan semua senjata Hamas di gudang.
Adapun pejabat Palestina itu mengatakan Hamas bersedia melakukan gencatan senjata selama 5, 10, atau bahkan 15 tahun.
Sebelumnya, Hamas telah mengusulkan pengembalian semua sandera Israel secara sekaligus dalam satu waktu. Mereka akan ditukar dengan sejumlah warga Palestina yang ditahan Israel.
Kesepakatan itu juga akan memunculkan gencatan senjata secara permanen. Pasukan Israel akan ditarik sepenuhnya dari Gaza.
Di sisi lain, akhir pekan kemarin Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali menolak penghentian Gaza.
Netanyahu bersikeras mengatakan Israel tak akan pernah setuju perang diakhiri meski hal itu bisa membuat semua sandera bisa dipulangkan. Menurut dia, hal itu akan membuat Hamas tetap berkuasa di Gaza.
Namun, sejumlah tokoh oposisi di Israel telah mendesak Netanyahu agar memprioritaskan pembebasan sandera ketimbang operasi militer yang bertujuan menggulingkan Hamas.
Pada bulan Januari kemarin, Netanyahu sepakat untuk melakukan gencatan senjata bertahap dengan Hamas.
Gencatan itu mengakhiri perang untuk sementara. Sebanyak 33 sandera dibebaskan selama periode tahap pertama gencatan selama enam minggu.
Kedua belah pihak seharusnya memulai perundingan guna membahas syarat-syarat tahap kedua gencatan. Jika tahap kedua terwujud, perang di Gaza bisa diakhiri permanen.
Akan tetapi, perundingan menemui kebuntuan. Israel kemudian menyerang Gaza lagi per bulan Maret kemarin.
Israel lebih memilih untuk mengusulkan gencatan lainnya yang juga bersifat sementara. Dalam gencatan ini, sandera lainnya akan dibebaskan. Namun, Hamas menolak usul itu.
Sementara itu, BBC melaporkan Mesir dan Qatar yang menjadi juru penengah Israel-Hamas kembali menyodorkan usul baru.
Seorang pejabat Palestina yang mengetahui perundingan Israel-Hamas mengatakan gencatan itu akan berlangsung lima hingga tujuh tahun.
Jika usul itu bisa diwujudkan, semua sandera Israel akan dibebaskan lewat pertukaran tahanan Palestina di penjara Israel. Di samping itu, pasukan Israel akan ditarik sepenuhnya dari Gaza.
Bulan kemarin Hamas juga dilaporkan mengusulkan gencatan senjata selama lima hingga sepuluh tahun dengan Israel.
Usul Hamas itu disampaikan saat Hamas melakukan pembicaraan langsung dengan Adam Boehler, seorang utusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk urusan sandera.
Ketika diwawancarai media penyiaran Israel bernama Kan, Boehler menyebut usul itu akan membuat Hamas dilucuti senjatanya dan tidak terlibat dalam politik pemerintahan.
Saat ditanya mengenai kemajuan perihal gencatan senjata, dia mengatakan hanya ada kemajuan kecil.
Menurut Boehler, Hamas menyarankan hal yang “relatif masuk akal dan bisa dilakukan”.
“Mereka menyarankan pertukaran semua tahanan. Jadi, semua sandera kita saat ini ditukar dengan beberapa tahanan. Kami tidak tertarik dengan hal itu,” ujar Boehler dikutip dari All Israel News.
Kemudian, dia mengungkapkan keinginan Hamas untuk melakukan gencatan senjata jangka panjang.
“Dan mereka menyarankan gencatan senjata lima hingga sepuluh tahun, dan Hamas akan meletakkan semua senjata, dan AS akan membantu, serta negara-negara lain, memastikan tidak ada terowongan,” ujarnya.
Di samping itu, dia mengklaim Hamas tidak akan terlibat dalam urusan politik.
“Dan saya pikir itu bukan tawaran awal yang buruk,” kata Boehler.
Meski demikian, Al Arabi Al Jadeed (21/4) melaporkan bahwa Hamas membantah bakal dilucuti senjatanya. Laporan itu didasarkan pada pernyataan juru bicara Hamas. (hanoum/arrahmah.id)