GAZA (Arrahmah.id) – Hamas mengatakan tidak ada kemajuan dalam pembicaraan gencatan senjata dengan “Israel” terkait perang di Gaza, sementara puluhan ribu pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan di Tel Aviv untuk menuntut pemerintah menyelamatkan para tawanan dan mencapai kesepakatan.
Osama Hamdan, seorang pejabat senior Hamas yang berbasis di Lebanon, mengatakan pada Sabtu (29/6/2024) bahwa kelompok Palestina tersebut masih siap untuk mendiskusikan proposal gencatan senjata apapun yang dapat mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama hampir sembilan bulan ini, lansir Al Jazeera.
“Sekali lagi, Hamas siap untuk berurusan secara positif dengan proposal apa pun yang menjamin gencatan senjata permanen, penarikan menyeluruh dari Jalur Gaza, dan kesepakatan pertukaran yang serius,” kata Hamdan dalam sebuah konferensi pers di Beirut.
Upaya mediator Arab, yang didukung oleh Amerika Serikat, sejauh ini telah gagal untuk mencapai gencatan senjata dengan kedua belah pihak saling menyalahkan satu sama lain atas kebuntuan tersebut. Hamas mengatakan bahwa setiap kesepakatan harus mengakhiri perang untuk selamanya dan membawa penarikan mundur “Israel” sepenuhnya dari Gaza. “Israel” mengatakan bahwa mereka hanya akan menerima jeda sementara dalam pertempuran sampai Hamas, yang telah memerintah Gaza sejak tahun 2007, “dimusnahkan”.
Hamdan juga menyalahkan Amerika Serikat yang telah menekan Hamas untuk menerima syarat-syarat “Israel”.
Para pengorganisir protes anti-pemerintah di Tel Aviv memperkirakan 130.000 warga “Israel” berkumpul di pusat kota pada Sabtu malam untuk menuntut kesepakatan gencatan senjata segera untuk membawa pulang para tawanan.
Dalam sebuah konferensi pers yang diadakan di luar kementerian pertahanan, para anggota keluarga dari para tawanan yang ditahan di Gaza menyampaikan pernyataan di hadapan para demonstran.
“Jangan biarkan Netanyahu menyabotase kesepakatan itu lagi. Desakan Netanyahu untuk memperpanjang perang akan menghalangi kami dan orang-orang yang kami cintai,” ujar salah satu kerabat yang tidak disebutkan namanya.
“Melanjutkan perang berarti membunuh para sandera di tangan pemerintah ‘Israel’. Rakyat memahami bahwa Netanyahu memperpanjang perang karena alasan pribadi -mencapai kesepakatan akan mengarah pada pemilihan umum dini dan mengakhiri kekuasaannya.” (haninmazaya/arrahmah.id)