GAZA (Arrahmah.id) – Anggota biro politik Hamas Ezzat El-Rashq pada Selasa (7/5/2024) memperingatkan bahwa operasi militer apa pun di Rafah akan mengganggu negosiasi yang sedang berlangsung dan akan merugikan ‘Israel’, Quds Press melaporkan.
Dia kemudian meminta Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu dan pemerintahannya bertanggung jawab penuh atas konsekuensi invasi ‘Israel’ ke Rafah.
Pasukan pendudukan ‘Israel’ kemarin menjatuhkan selebaran yang memerintahkan warga Palestina di wilayah timur kota Rafah paling selatan Gaza untuk melarikan diri menjelang invasi darat. Sekitar 1,5 juta warga Palestina terpaksa meninggalkan rumah mereka di Jalur Gaza sejak Oktober 2023 dan mengungsi di Rafah. Setiap operasi militer di wilayah tersebut, PBB telah memperingatkan, dapat menyebabkan genosida.
Disturbing scenes from Rafah invasion right now 🚨🚨
We need ALL hands on deck and ALL eyes on Rafah — the recovery from this night will be grim pic.twitter.com/MVummFB1Mw
— Direct Aid for Gaza 🇵🇸 (@GazaDirectAid) May 7, 2024
Hamas menyatakan dalam siaran pers sebelumnya pada Senin (6/5) bahwa tindakan yang diambil oleh tentara pendudukan, sebagai persiapan untuk menyerang kota padat penduduk Rafah, adalah kejahatan Zionis yang menegaskan tekad pemerintah teroris Netanyahu untuk melanjutkan perang genosida melawan warga Palestina di Gaza.
Hal ini, tambahnya, tidak mempertimbangkan bencana kemanusiaan yang sedang terjadi di Jalur Gaza yang diblokade, atau nasib para tawanan perang yang ditahan di Gaza. (zarahamala/arrahmah.id)