GAZA (Arrahmah.id) – Hamas di Gaza pada Ahad (6/11/2022) menangkap dua pria yang diduga Salafi karena terlibat dalam penembakan roket dari daerah kantong pantai yang terkepung ke kota-kota “Israel” beberapa hari yang lalu, kata sumber keamanan.
Berbicara kepada The New Arab, sumber keamanan yang dekat dengan pemerintah Hamas yang lebih suka tidak disebutkan namanya, mengatakan bahwa “dua tahanan, yang berasal dari kota Beit Hanoun di utara Gaza, menembakkan rudal tanpa izin dari faksi Palestina.”
“Tindakan tidak bertanggung jawab seperti itu memberi pendudukan “Israel” alasan untuk menyerang Gaza,” tambah sumber itu, menjelaskan bahwa faksi-faksi bersenjata di Gaza berkomitmen untuk menjaga koordinasi mereka sebelum menanggapi “Israel” atas agresi terhadap rakyat kami di Tepi Barat dan daerah kantong pesisir.”
Pada Kamis malam (2/11), empat roket ditembakkan dari Gaza, tiga di antaranya tidak mencapai wilayah “Israel”, sementara sistem pertahanan Iron Dome mencegat roket keempat. Namun, tidak ada faksi Palestina yang mengaku bertanggung jawab atas peristiwa tersebut.
Itu adalah gelombang roket pertama yang diluncurkan dari Jalur Gaza sejak perang tiga hari “Israel” melawan Jihad Islam Palestina dan Gaza pada Agustus.
Akibatnya, pesawat-pesawat tempur “Israel” melakukan beberapa serangan terhadap situs militer milik Hamas, dengan alasan bahwa mereka menguasai daerah kantong pantai dan bertanggung jawab penuh atas kemungkinan serangan roket, menurut Avichai Adrea, juru bicara tentara “Israel”.
Sementara itu, pihak berwenang “Israel” menangkap seorang pria yang berbasis di Rafah ketika dia melewati pos pemeriksaan Erez di Jalur Gaza utara untuk menerima perawatan di Tepi Barat yang diduduki.
“Mohammed Abu Namous (32) ditangkap oleh “Israel” tanpa memberikan alasan apa pun,” kata Abdul Nasser Firwana, seorang pejabat senior Komisi Urusan Tahanan, kepada TNA.
Firwana menambahkan, sejak awal tahun ini, “Israel” telah menahan lima warga Gaza yang melintas di pos pemeriksaan Erez.
“ ”Israel” sering menggunakan pos pemeriksaan sebagai alat tekanan dan tawar menawar warga Gaza, dan terkadang untuk pemerasan,” jelasnya.
Pada gilirannya, ia menekankan, “Israel” masih mencegah ribuan warga Palestina di Gaza melewati pos pemeriksaan menuju Tepi Barat, Yerusalem, wilayah yang diduduki “Israel” pada 1948, atau ke Yordania untuk perdagangan, pekerjaan, perawatan medis, atau mengunjungi kerabat dengan dalih pencegahan keselamatan. (zarahamala/arrahmah.id)