GAZA (Arrahmah.id) – Hamas telah menegaskan kembali “komitmen penuh” terhadap perjanjian gencatan senjata dan niatnya untuk melaksanakan ketentuan yang disepakati, serta menyatakan kesiapan untuk segera memulai negosiasi tahap kedua.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada Senin (10/3/2025), gerakan tersebut menuduh pendudukan ‘Israel’ merusak “perjanjian dan menolak untuk memulai tahap kedua, sehingga memperlihatkan niatnya untuk menghindar dan menunda.”
“Netanyahu menghalangi pelaksanaan perjanjian tersebut hanya karena alasan pribadi dan partisan. Hal terakhir yang ada dalam pikirannya adalah pembebasan para tawanan dan perasaan keluarga mereka,” tambahnya.
“Perjanjian itu dibuat di bawah mediasi para perantara internasional dan disaksikan oleh dunia. Oleh karena itu, pendudukan berkewajiban untuk melaksanakannya, karena itu adalah satu-satunya jalan menuju pembebasan para tahanan.”
Gerakan tersebut menyatakan bahwa mereka menolak “setiap upaya untuk menekan Hamas selama pendudukan tersebut tetap tidak bertanggung jawab atas kegagalannya dalam memenuhi komitmennya.”
“Bahasa pemerasan dan ancaman perang tidak akan efektif,” katanya, seraya menambahkan “tidak ada jalan keluar kecuali melalui negosiasi dan kepatuhan terhadap perjanjian. Hal lain hanyalah manipulasi nasib para tahanan.”
Pembicaraan dengan AS
Pejabat senior Hamas Taher al-Nono mengonfirmasi bahwa beberapa pertemuan terjadi di ibu kota Qatar antara kelompok Palestina dan Adam Boehler, utusan Presiden Trump untuk sandera, selama seminggu terakhir mengenai perjanjian gencatan senjata Gaza.
Pada Rabu (5/3), Gedung Putih mengatakan AS tengah terlibat dalam pembicaraan langsung dengan Hamas untuk melanjutkan gencatan senjata di Gaza. ‘Israel’ mengakui bahwa AS telah meminta masukannya dalam diskusi tersebut.
“Beberapa pertemuan telah berlangsung di Doha dengan fokus pada pembebasan salah satu tahanan berkewarganegaraan ganda. Kami telah menanganinya secara positif dan fleksibel dengan cara yang melayani kepentingan rakyat Palestina,” kata Taher al-Nono kepada kantor berita Reuters.
Kedua pihak juga membahas cara melaksanakan perjanjian gencatan senjata bertahap yang bertujuan mengakhiri serangan ‘Israel’, tambahnya.
“Kami memberi tahu delegasi Amerika bahwa kami tidak menentang pembebasan tahanan dalam kerangka perundingan ini,” kata al-Nono.
Utusan khusus Presiden Donald Trump, Steve Witkoff, mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih pekan lalu bahwa pembebasan Edan Alexander (21) – yang diyakini sebagai tawanan Amerika terakhir yang masih hidup di Gaza – merupakan “prioritas utama bagi kami”. Alexander bertugas sebagai tentara di militer ‘Israel’.
Di Kairo, delegasi tingkat tinggi dari Hamas terus terlibat dalam pembicaraan gencatan senjata dengan para mediator.
“Delegasi menekankan perlunya mematuhi semua ketentuan perjanjian dengan segera memulai negosiasi tahap kedua, membuka perlintasan perbatasan, dan mengizinkan masuknya bahan bantuan ke Gaza tanpa batasan atau persyaratan apa pun,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.
Juru bicara Hamas Abdel Latif al-Qanoua mengatakan sehari sebelumnya bahwa “indikatornya positif mengenai dimulainya negosiasi tahap kedua”.
‘Israel’ juga mengatakan pihaknya tengah mempersiapkan perundingan. “Israel telah menerima undangan mediator yang didukung AS dan akan mengirim delegasi ke Doha pada Senin dalam upaya memajukan perundingan,” kata kantor Netanyahu pada Sabtu malam (9/3).
Diskusi tersebut bertujuan untuk melanjutkan ke tahap kesepakatan berikutnya, yang dapat membuka jalan untuk mengakhiri perang.
Tahap pertama gencatan senjata berakhir pada 1 Maret. ‘Israel’ sejak itu memberlakukan blokade total terhadap semua bantuan kemanusiaan yang memasuki wilayah Palestina. (zarahamala/arrahmah.id)