JALUR GAZA (Arrahmah.com) – Kelompok Hamas menyambut baik putusan pengadilan Turki yang mengubah status Hagia Sophia menjadi masjid.
“Pembukaan Hagia Sophia untuk shalat berjamaah adalah momen yang membanggakan bagi umat Muslim di seluruh penjuru dunia,” kata Rafat Murra, kepala kantor pers internasional Hamas, dalam sebuah pernyataan tertulis.
Meski begitu, Mura juga menekankan bahwa keputusan itu membuat “kesedihan” bagi beberapa kelompok di dunia Arab.
“Kami belum pernah melihat mereka khawatir tentang Masjid Al-Aqsa. Kami belum pernah melihat mereka sedih saat Zionis ‘Israel’ menyerang Dome of the Rock. Ketika penjajah ‘Israel’ melarang shalat berjamaah di Majid Al-Halil atau masjid Palestina lainnya, mereka tidak peduli” kata Murra, sebagaimana dilansir Anadolu Agency.
Murra juga mengatakan bahwa keputusan itu berada di bawah hak kedaulatan Turki, dan langkah ini menunjukkan kepercayaan diri Turki serta posisinya di arena internasional.
Pada Jumat (10/7/2020), pengadilan Turki membatalkan dekrit tahun 1934, yang mengubah Hagia Sophia menjadi museum.
Putusan pengadilan ini membuka jalan untuk digunakannya kembali Hagia Sophia sebagai masjid setelah 85 tahun dijadikan museum.
Pengadilan memutuskan bahwa Hagia Sophia, sebuah permata arsitektur, dimiliki oleh yayasan yang didirikan oleh Sultan Mehmet II, penakluk Istanbul, dan dibuka untuk masyarakat sebagai masjid, sebuah status yang tidak dapat diubah secara hukum.
Hagia Sophia digunakan sebagai gereja selama berabad-abad di bawah Kekaisaran Byzantium, kemudian ia diubah menjadi masjid setelah penaklukan Istanbul pada tahun 1435. Pada tahun 1934 Hagia Sophia diubah menjadi museum.
Presiden Turki, Recep Tayyib Erdogan mengatakan bahwa kompleks bersejarah tersebut akan siap digunakan lagi untuk shalat berjamaah pada 24 Juli mendatang, bertepatan dengan Shalat Jumat. (rafa/arrahmah.com)