GAZA (Arrahmah.id) – Hamas pada Ahad (23/4/2023) memperingatkan “Israel” untuk tidak melanjutkan kebijakan upaya pembunuhan terhadap anggota senior yang tinggal di Jalur Gaza yang terkepung.
Pada Sabtu, media “Israel” melaporkan bahwa Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu mengisyaratkan kemungkinan melanjutkan kebijakan “Israel” untuk meluncurkan upaya pembunuhan di Gaza jika situasi keamanan memburuk.
Hazem Qassem, juru bicara Hamas, mengatakan dalam pernyataan pers yang dikirim ke The New Arab bahwa “ancaman untuk melanjutkan pembunuhan terhadap kepemimpinan perlawanan adalah upaya gagal untuk meningkatkan citra “Israel” setelah eskalasi revolusi rakyat kita dan banyaknya tindakan perlawanan di Tepi Barat dan Libanon.”
“Tanggapan perlawanan bersenjata Palestina terhadap dimulainya kembali kebijakan pembunuhan akan lebih besar dari yang diharapkan,” tambah Qassem.
Juru bicara itu menekankan bahwa “tangan musuh tidak mutlak untuk melakukan terornya, kami akan melanjutkan perjuangan kami melawannya, dan kami tidak akan takut dengan ancaman ini.”
Beberapa hari yang lalu, “Israel” menuduh wakil ketua Hamas, Saleh al-Arouri, yang tinggal di luar negeri, berada di balik operasi yang menargetkan warga “Israel” di Tepi Barat dan Yerusalem.
“Israel” memiliki sejarah panjang pembunuhan yang ditargetkan sejak 1950-an, ketika jenderal militer Mesir Mustafa Hafez terbunuh oleh bom yang disembunyikan di sebuah buku.
Penelitian oleh Ronen Bergman, seorang jurnalis investigasi “Israel”, mengungkapkan bahwa “Israel” diperkirakan telah melakukan lebih dari 2.700 operasi pembunuhan sejak ‘negara’ tersebut ada pada 1948. (zarahamala/arrahmah.id)