JALUR GAZA (Arrahmah.id) – Kelompok Perlawanan Palestina, Hamas, mengungkapkan bahwa Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu sedang mencari “kemenangan semu” di Jalur Gaza yang tidak berhasil ia buktikan kepada para pendukungnya.
Izzat Al-Rishq, anggota biro politik Hamas, mengomentari pidato Netanyahu yang bersikeras untuk mempertahankan wilayah perbatasan Gaza-Mesir yang dikenal sebagai Koridor Philadelpia di bawah kendali tentara “Israel”, dengan alasan bahwa hal tersebut diperlukan untuk mencapai tujuan perang di Gaza.
“Pernyataan Netanyahu adalah ucapan orang yang putus asa yang mencari kemenangan semu yang tidak berhasil ia buktikan kepada para pendukungnya setelah 10 bulan perang nazinya terhadap rakyat kami di Jalur Gaza,” kata Al-Rishq, pada Senin (2/9/2024) seperti dilansir Anadolu.
“Melalui pernyataannya hari ini (Senin), menegaskan bahwa dia (Netanyahu) yang menghalangi kesepakatan pertukaran dan perjanjian gencatan senjata,” ujar Al-Rishq.
Dia menambahkan bahwa setiap penundaan persetujuan dan komitmennya terhadap apa yang telah dicapai pada tanggal 7 Juli (dalam proposal gencatan senjata) berarti menempatkan nyawa lebih banyak tahanan dalam bahaya, mengacu pada kematian enam tawanan “Israel” baru-baru ini di Gaza.
“Netanyahu memikul tanggung jawab untuk kehidupan dan keselamatan para tahanan yang ditahan oleh pihak perlawanan,” jelasnya.
Sebelumnya pada hari itu, Netanyahu menegaskan kembali niatnya untuk mempertahankan pasukan “Israel” di Koridor Philadelphia.
“Jika kami menarik diri, kami tidak akan (bisa) kembali ke sana – tidak untuk 42 hari dan tidak untuk 42 tahun,” ucap Netanyahu dalam sebuah rapat Kabinet, seperti dilansir Channel 12 “Israel”.
Netanyahu mengacu pada fase 42 hari pertama dari usulan gencatan senjata Gaza dan kesepakatan pertukaran sandera dengan Hamas.
Dia mengklaim bahwa Koridor Philadelpia, sebuah wilayah demiliterisasi di perbatasan antara Gaza dan Mesir, adalah “jalur kehidupan” bagi Hamas.
Berlawanan dengan desakannya terhadap Koridor Philadelpia, Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant, pada Ahad (1/9) menyerukan agar Kabinet Keamanan segera bersidang untuk membatalkan keputusannya untuk mempertahankan pasukan di koridor tersebut.
“Israel” memperkirakan bahwa lebih dari 100 sandera masih ditahan oleh Hamas di Gaza, beberapa di antaranya diyakini telah dibunuh.
Selama berbulan-bulan, AS, Qatar dan Mesir telah berusaha untuk mencapai kesepakatan antara “Israel” dan Hamas untuk memastikan pertukaran tawanan dan gencatan senjata serta mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Namun upaya mediasi terhenti karena penolakan Netanyahu untuk memenuhi tuntutan Hamas untuk menghentikan perang.
Perang “Israel” yang sedang berlangsung di Jalur Gaza telah menewaskan hampir 40.800 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai lebih dari 94.200 orang lainnya, menurut otoritas kesehatan setempat.
Blokade yang sedang berlangsung di daerah kantong tersebut telah menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang parah, membuat sebagian besar wilayah tersebut hancur.
“Israel” menghadapi tuduhan genosida atas tindakannya di Gaza di Mahkamah Internasional. (Rafa/arrahmah.id)