GAZA (Arrahmah.id) – Hamas mengecam Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu atas keputusannya menghentikan bantuan kemanusiaan ke Gaza, menyebutnya sebagai “pemerasan murahan dan kejahatan perang.” Kelompok perlawanan Palestina itu menuduh Netanyahu berusaha menghindari kesepakatan gencatan senjata dan menolak masuk ke dalam negosiasi tahap kedua.
Dalam pernyataan resminya, Hamas menegaskan bahwa langkah Netanyahu adalah “upaya terang-terangan untuk menggagalkan kesepakatan yang telah disepakati,” serta memperingatkan bahwa tindakan tersebut bisa memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah parah di Gaza.
Gagal di Medan Perang, Netanyahu Bermain Politik
Hamas menuduh Netanyahu berusaha “memaksakan realitas politik” setelah pasukannya gagal mencapai kemenangan dalam 15 bulan agresi brutal terhadap Gaza. Menurut Hamas, kegagalan militer “Israel” membuat Netanyahu mencari cara lain untuk mendapatkan keuntungan politik dalam negerinya dengan mengorbankan nasib para tawanan “Israel” di Gaza.
“Dia mencoba menggulingkan kesepakatan demi kepentingan politik pribadinya, bahkan dengan mengorbankan warganya sendiri yang ditawan,” kata pernyataan Hamas.
Tudingan “Israel” Palsu, Gaza Terus Dibombardir
Menanggapi tuduhan “Israel” bahwa Hamas melanggar kesepakatan gencatan senjata, kelompok tersebut menyebut klaim itu sebagai “tuduhan palsu” untuk menutupi kejahatan perang yang terus dilakukan di Gaza.
Hamas mengungkap bahwa lebih dari 100 warga Gaza telah menjadi syuhada sejak kesepakatan gencatan senjata dimulai, sementara bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan masih dihalangi oleh “Israel”. “Mereka melanggar kesepakatan setiap hari, tapi menuduh kami yang melanggarnya,” tegas Hamas.
Hamas Desak AS dan Mediator Bertindak
Hamas menyerukan kepada Amerika Serikat untuk berhenti mendukung kebijakan “Israel” yang disebutnya sebagai “fasis”. Mereka juga mendesak para mediator internasional untuk menekan “Israel” agar menjalankan semua tahapan kesepakatan, termasuk membuka akses bantuan kemanusiaan dan segera memulai negosiasi tahap kedua.
“Kami siap melaksanakan kesepakatan hingga tahap akhir. Jika Netanyahu terus menghalangi, maka dialah yang harus bertanggung jawab atas dampaknya, termasuk terhadap para tawanan mereka sendiri di Gaza,” tegas Hamas.
Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari pemerintah “Israel” terkait tudingan Hamas ini. Namun, langkah Netanyahu menghentikan bantuan kemanusiaan diperkirakan akan meningkatkan tekanan internasional terhadap “Israel”.
(Samirmusa/arrahmah.jd)