GAZA (Arrahmah.id) — Serangan 7 Oktober terhadap Israel oleh kelompok perlawanan Palestina Hamas dipandang oleh banyak orang dalam organisasi tersebut sebagai “salah perhitungan”. Ini dilaporkan telah menyebabkan konsekuensi parah bagi Gaza dan merusak upaya pembangunan negara Palestina selama beberapa dekade.
Dilansir The Economist (5/8/2024), sebagaimana dilaporkan RT, publikasi tersebut mengutip seorang jurnalis Palestina dengan “sumber yang dekat dengan pemimpin Hamas” Mohammed Daraghmeh.
“Setelah pembunuhan kepala politik Hamas Ismail Haniyeh, kelompok militan Palestina tersebut menghadapi perbedaan pendapat internal dan potensi perubahan saat mereka menilai kembali strategi dan kepemimpinan mereka,” kata jurnalis itu.
“Para pemimpin Hamas menyadari bahwa 7 Oktober adalah salah perhitungan,” tambahnya.
Menurut The Economist lagi, perang sepuluh bulan dengan Israel telah mengurangi reputasi Hamas dalam menjaga ketertiban di Gaza. Di mana dukungan terhadap aturan kelompok tersebut di daerah kantong Palestina itu anjlok hingga di bawah 5%.
The Economist juga menggambarkan perubahan pikiran yang tampak jelas dalam Hamas. Bukan sebagai gerakan jihadis tapi politik.
“Sementara beberapa orang dalam kelompok itu merayakan serangan tahun lalu pada bulan Oktober sebagai pencapaian militer, orang-orang Hamas yang lebih pragmatis ingin organisasi itu dibentuk kembali,” jelasnya.
“Sebagai gerakan politik daripada tetap menjadi “sekelompok gerilyawan jihadis,” tambahnya.
“Salah satu calon utama untuk menggantikan Haniyeh – Khalil al-Haya – telah menyarankan bahwa Hamas dapat melucuti senjatanya.”
Perlu diketahui Haniyeh dan pengawalnya tewas di Teheran, Iran pekan lalu. Dalam investigasi terbaru Korps Garda Revolusi Iran (IRGC), Haniyeh tewas akibat dirudal “proyektil jarak pendek” yang menyebabkan “ledakan hebat” di luar wisma tempat ia menginap.
Dalam sebuah pernyataan, IRGC mengklaim sebuah pernyataan bahwa proyektil jarak pendek yang dilaporkan menewaskan Haniyeh memiliki hulu ledak sekitar tujuh kilogram, berdasarkan “investigasi dan penelitian yang dilakukan”. IRGC juga menyebut Israel “akan secara tegas menerima tanggapan atas kejahatan ini,” yang merupakan “hukuman berat” yang akan datang pada “waktu, tempat, dan cara yang tepat”.
Israel tidak mengonfirmasi atau membantah keterlibatannya dalam pembunuhan tersebut. Pada hari Kamis, militer Israel mengonfirmasi bahwa pemimpin sayap militer Hamas, Mohammed Deif tewas dalam serangan udara di Gaza bulan lalu. (hanoum/arrahmah.id)