GAZA (Arrahmah.id) – Gerakan Perlawanan Palestina Hamas menyerukan agar ‘Israel’ bertanggung jawab atas kematian dua tahanan Palestina, termasuk Dokter Adnan al-Barsh yang diculik dan disiksa oleh pasukan ‘Israel’.
Kematian mereka adalah “sebuah konfirmasi atas kejahatan perang mengerikan yang terus berlanjut terhadap rakyat kami” termasuk mereka yang “diculik dari sekolah dan rumah sakit ke pusat penahanan tanpa hak asasi manusia yang paling mendasar, di antaranya adalah dokter,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.
“Satu-satunya kejahatan yang mereka lakukan adalah memenuhi tugas kemanusiaan mereka terhadap orang-orang yang terluka dan sakit.”
Meninggal pada 19 April
Dr al-Barsh, lahir di Gaza pada 1974, belajar di Fakultas Kedokteran di Universitas Janš di Rumania.
Sekembalinya ke Gaza, karir pendidikannya tidak berhenti. Ia terus mengambil spesialisasi dalam bedah ortopedi dan sendi, kemudian mendapatkan beasiswa Inggris dalam bedah patah tulang kompleks di London.
Berkat keahliannya yang luar biasa, Dr. al-Barsh memperoleh reputasi di seluruh Palestina. Beliau menjabat sebagai presiden departemen ortopedi di Rumah Sakit Al-Shifa, dan tetap menjadi salah satu dokter paling bergengsi di rumah sakit tersebut.
إلى رحمة الله د. عدنان البرش شهيد التعذيب بسجون الجيش الاسرائيلي بعد اختطافه من المشفى أثناء تأدية واجبه الانساني بحق جرحى غزة،
تتحمل النقابات الطبية العربية أولاً على عاتقها مسؤولية صمتها المُخزي إزاء قتل واختطاف وإبادة الطواقم الطبية بغزة طيلة 7 أشهر
pic.twitter.com/dpg485Y0Tg— Nour Naim| نُور (@NourNaim88) May 2, 2024
Ketika perang pecah pada 7 Oktober, dia memutuskan untuk tetap di Al-Shifa sebelum terpaksa meninggalkannya pada November, selama invasi ‘Israel’ pertama ke kompleks medis tersebut.
Dr al-Barsh melanjutkan misinya di Rumah Sakit Kamal Adwan, kemudian ke Rumah Sakit Al-Awda, di daerah Tal Al-Zaatar, sebelah timur kamp pengungsi Jabaliya, di Jalur Gaza utara, hingga penangkapannya.
Dia ditahan, bersama dengan beberapa dokter lainnya, oleh tentara ‘Israel’ pada Desember lalu saat dia merawat pasien. Dia meninggal “akibat penyiksaan” di penjara Ofer Israel pada 19 April, namun berita kematiannya baru diumumkan pada Kamis (2/5/2024).
Masyarakat Tahanan Palestina pada Kamis (2/5) mengonfirmasi bahwa dua tahanan dari Jalur Gaza meninggal di penjara ‘Israel’. Mereka diidentifikasi Dr al-Barsh dan Ismail Khader (33). Jenazah Khader dikembalikan bersama 64 orang lainnya pada Kamis (2/5). Namun, jenazah al-Barsh tidak termasuk di antara mereka yang dikembalikan, kata laporan RNN.
This is Adnan al-Barsh. He was the most renowned orthopedic sugeon in Palestine. He was tortured to death by 'israel'.
His crime? A Palestinian doctor. #GazaGenocide pic.twitter.com/5mKuBY5Nzd
— Sara_Haj 🇱🇧 ރ (@SaraahHaj) May 3, 2024
Kejahatan yang Berkelanjutan
Hamas mendesak komunitas internasional untuk segera mengambil tindakan “untuk mengkriminalisasi kejahatan yang sedang berlangsung terhadap ribuan orang yang kami culik.”
Gerakan ini juga menuntut ‘Israel’ mengungkapkan informasi tentang nasib para korban penculikan dan tahanan, dan “mengembalikan mereka ke keluarga mereka.”
Para pemimpin ‘Israel’ harus dimintai pertanggungjawaban, kata Hamas karena kejahatan mereka telah melampaui batas, tanpa memperhatikan hukum internasional, perjanjian, atau norma-norma kemanusiaan.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan jumlah korban syahid petugas kesehatan Gaza dalam serangan ‘Israel’ yang sedang berlangsung mencapai 496 orang menyusul pembunuhan al-Bursh.
“Pembunuhan Dr. Adnan al-Bursh di penjara ‘Israel’ telah meningkatkan jumlah korban syahid di sektor kesehatan di Jalur Gaza sejak 7 Oktober menjadi 496,” kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan. (zarahamala/arrahmah.id)