GAZA (Arrahmah.id) – Hamas mengatakan bahwa “Israel” mengebom Masjid Omari yang dibangun pada abad pertengahan di Gaza, menyebabkan kehancuran yang meluas pada situs bersejarah tersebut, dan mendesak UNESCO untuk melindungi bangunan-bangunan bersejarah di wilayah Palestina yang terkepung.
Rekaman dan gambar yang diposting di media sosial oleh kelompok Palestina tersebut pada Jumat (8/12/2023) tampaknya menunjukkan Masjid Agung Omari, yang terbesar dan tertua di Kota Gaza, menjadi puing-puing.
Hanya menara masjid yang tampak utuh, sementara sekelilingnya hancur.
“Kejahatan yang menargetkan dan menghancurkan situs-situs arkeologi seharusnya memacu dunia dan UNESCO untuk bertindak untuk melestarikan warisan peradaban dan budaya yang luar biasa ini,” kata Kementerian Pariwisata dan Kepurbakalaan Gaza. Diperkirakan 104 masjid telah dihancurkan sejak dimulainya serangan “Israel” ke Gaza pada 7 Oktober lalu.
Warga Palestina di Gaza menyatakan kemarahannya setelah melihat foto-foto tersebut. “Saya telah berdoa di sana dan bermain di sekitarnya sepanjang masa kecil saya,” kata Ahmed Nemer, 45 tahun, kepada kantor berita Reuters, dan mengatakan “Israel” mencoba menghapus kenangan mereka.
Penjahit yang tinggal di jalan di sebelah Masjid Omari itu berbicara dari Gaza selatan, tempat ia mengungsi untuk mencari perlindungan dari pemboman.
Mohammad Rajab, seorang sopir taksi dari Kota Gaza yang juga mengungsi ke selatan dari rumahnya yang berjarak beberapa ratus meter dari masjid, mengatakan bahwa masjid tersebut merupakan landmark terpenting di kota itu. “Ini biadab,” katanya.
Tidak ada komentar langsung dari militer “Israel”.
Masjid Othman bin Qashqar, juga di Kota Gaza, dihantam serangan udara pada Kamis, kata Hamas. Mereka juga mengutuk penghancuran Hammam al-Samara, pemandian bergaya Turki terakhir di wilayah tersebut, tempat warga Palestina Gaza mandi selama lebih dari 1.000 tahun.
Kelompok Palestina, yang telah memerintah Jalur Gaza sejak 2007, mengatakan tiga gereja juga telah dihancurkan, termasuk Gereja Ortodoks Yunani Santo Porphyrius yang berusia 1.000 tahun, gereja tertua yang masih aktif di wilayah tersebut. (haninmazaya/arrahmah.id)