ISTANBUL (Arrahmah.id) – Seorang pejabat senior Hamas mengatakan kepada AFP pada Ahad (15/9/2024) bahwa gerakan Palestina memiliki sumber daya yang cukup untuk terus memerangi Israel meskipun telah mengalami kerugian selama lebih dari 11 bulan perang di Gaza.
“Perlawanan memiliki kemampuan yang tinggi untuk terus berlanjut,” kata Osama Hamdan kepada AFP dalam sebuah wawancara di Istanbul.
“Ada yang mati syahid dan ada yang dikorbankan, namun sebagai gantinya, ada akumulasi pengalaman dan perekrutan generasi baru ke dalam perlawanan.”
Komentarnya muncul kurang dari seminggu setelah Menteri Pertahanan “Israel” Yoav Gallant mengatakan kepada para wartawan bahwa Hamas, yang serangannya pada 7 Oktober lalu memicu perang, “sudah tidak ada lagi” sebagai formasi militer di Gaza.
“Jumlah korban jauh lebih sedikit daripada yang diperkirakan dalam pertempuran sebesar ini, tingkat dan luasnya,” kata Hamdan pada Ahad (16/9).
Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu melancarkan operasi militer pembalasan untuk menghancurkan Hamas setelah serangan mendadak kelompok tersebut di “Israel” selatan, yang mengakibatkan kematian 1.205 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka-angka resmi Israel.
Kampanye militer “Israel” telah menewaskan sedikitnya 41.206 orang di Gaza, menurut kementerian kesehatan wilayah itu, yang tidak memberikan rincian kematian warga sipil dan militan.
Kelompok perlawanan Hamas juga menyandera 251 sandera pada 7 Oktober, 97 di antaranya masih ditahan di Gaza, termasuk 33 orang yang menurut militer “Israel” telah tewas.
Netanyahu menghadapi tekanan domestik yang semakin meningkat untuk mencapai kesepakatan dimana para sandera akan dibebaskan dengan imbalan tahanan Palestina.
Namun negosiasi berbulan-bulan yang bertujuan untuk mengamankan gencatan senjata -yang dimediasi oleh Amerika Serikat, Mesir dan Qatar- tampaknya terhenti.
Dalam wawancara, Hamdan mengatakan bahwa Amerika Serikat, pendukung militer “Israel” yang paling penting, tidak melakukan cukup banyak hal untuk memaksa konsesi dari Netanyahu yang akan mengakhiri pertumpahan darah. (haninmazaya/arrahmah.id)