JALUR GAZA (Arrahmah.id) – Gerakan Perlawanan Palestina, Hamas, mengecam pernyataan yang dilontarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden terkait gencatan senjata terbaru.
Sebagaimana dikutip AFP, Biden mengatakan bahwa gencatan senjata di Jalur Gaza akan mungkin terjadi jika Hamas membebaskan para tawanan.
Hal tersebut diungkapkan Biden pada Sabtu (11/5/2024) dalam pidatonya di Seattle setelah memperingatkan “Israel” bahwa ia akan berhenti memasok peluru artileri dan senjata lainnya jika negara itu mengirim pasukan darat ke kota Rafah.
Pernyataan ini sontak membuat Hamas geram. Pasalnya, Hamas menilai apa yang diucapkan Biden merupakan sebuah “kemunduran” dalam negoisasi.
“Kami mengutuk sikap presiden AS ini,” tegas Hamas dalam sebuah pernyataan seperti dilansir AFP, pada Senin (13/5).
“Kami menganggapnya sebagai kemunduran dari hasil perundingan putaran terakhir, yang mengarah pada persetujuan gerakan tersebut terhadap proposal yang diajukan oleh mediator,” lanjutnya.
Saat ini, negosiasi antara Hamas dan “Israel” mengenai gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran sandera sudah terhenti. Gencatan senjata terbaru yang dimediasi oleh Mesir, Qatar dan AS, behenti akibat serangan yang dilancarkan “Israel” di Rafah.
“Upaya gencatan senjata di Gaza telah kembali ke titik awal,” kata Hamas.
“Benjamin Netanyahu terburu-buru membatalkan perundingan tersebut dengan melancarkan serangan di Rafah,” tambahnya.
“’Israel’ meningkatkan pembantaian brutal di berbagai wilayah Jalur Gaza, menegaskan kembali upaya mereka untuk melanjutkan perang genosida di Gaza,” jelasnya.
Sejak Sabtu (11/5), militer “Israel” memperluas perintah evakuasi di Rafah timur dan mengatakan 300.000 warga Palestina telah meninggalkan daerah tersebut.
“Israel” menentang permintaan dunia internasional pada pekan ini dan mengirim tank dan pasukan ke Rafah timur, yang secara efektif menutup jalur bantuan utama. (Rafa/arrahmah.id)