JALUR GAZA (Arrahmah.com) – Hamas mengutuk keputusan “Israel” untuk menutup penyeberangan perbatasan komersial Karam Abu Salem, yang merupakan jalur utama untuk mendistribusikan kebutuhan bagi penduduk Jalur Gaza yang terblokade.
Hamas menggambarkan bahwa tindakan yang diambil “Israel” pada Senin (9/7/2018) sebagai “kejahatan terhadap rakyat Gaza”.
Hamas juga menyalahkan kebisuan dunia internasional atas blokade yang dilakukan “Israel” di Gaza. Pada Senin (9/7), “Israel” mengatakan akan menutup perbatasan Karam Abu Salem, sebagai pembalasan bagi warga Palestina yang membakar lahan “Israel”.
Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu mengatakan keputusan untuk menutup perbatasan telah dikoordinasi dengan menteri pertahanan negara itu.
Langkah itu akan mulai diberlakuakan pada Selasa (10/7), sehingga hanya memungkinkan untuk mendistribusikan kebutuhan kemanusiaan seperti gas untuk memasak serta gandum dan tepung ke Gaza, seorang pejabat yang bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan pergerakan kargo melalui perbatasan mengkonformasi hal tersebut kepada Al Jazeera dari Gaza.
Raed Futooh mengatakan bahwa barang-barang seperti pakaian dan bahan-bahan konstruksi seperti “plastik dan bahan kimia” juga akan dilarang memasuki Jalur Gaza, yang dihuni lebih dari dua juta orang.
Dalam beberapa pekan terakhir, warga Palestina di Gaza melakukan demonstrasi terhadap blokade laut, udara dan darat yang diberlakukan oleh “Israel” dan Mesir sejak 2006. Beberapa orang menggunakan layang-layang untuk membakar lahan pertanian yang berada tepat di sisi pagar.
Hingga sejauh ini, mereka telah menyebabkan kerusakan tanah pertanian sebesar $ 2,5 juta, menurut pemerintah “Israel”. “Israel” telah menggunakan drone untuk mencegat layang-layang, tetapi orang-orang Palestina berhasil menjatuhkan beberapa drone tersebut.
Penutupan perbatasan Karam Abu Salem juga akan mempengaruhi daya ekspor Gaza, yang akan semakin menekan ekonomi yang sudah lumpuh akibat blokade yang telah berlangsung selama 12 tahun. “Kami dulu mengekspor segala macam barang,” kata Futooh, 44 tahun. “Dari ikan, sayuran, pakaian hingga kayu,” katanya.
Ekspor Gaza digunakan untuk menjangkau konsumen di Tepi Barat, Yordania dan “bahkan ‘Israel’”, ungkap Futooh. Sekitar 40 hingga 50 truk digunakan untuk mengangkut barang-barang lokal dari Jalur Gaza, imbuhnya.
“Perekonomian di Gaza sudah berada dalam kondisi yang memprihatinkan akibat blokade dan serangan yang dilancarkan ‘Israel’, tetapi langkah terbaru tersebut akan memperburuk keadaan Jalur Gaza,” ungkapnya. (Rafa/arrahmah.com)