GAZA (Arrahmah.id) — Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, dikabarkan kembali mempersenjatai diri dengan sisa-sisa amunisinya di Jalur Gaza.
“Tentara Israel mengetahui bahwa Hamas sedang membangun kembali bengkel produksi senjata,” dikutip dari Middle East Monitor (25/6/2024).
Laporan itu mengutip pejabat keamanan Israel yang tidak disebutkan namanya yang mengetahui rincian kejadian tersebut.
“Saat ini tidak ada kesulitan dalam mendapatkan bahan peledak di Gaza, karena bahan peledak tersebut tersedia dalam jumlah besar dan mudah didapat,” katanya.
Ia mengatakan Hamas kemungkinan dapat membuat senjata-senjata baru menggunakan sisa-sisa dari persenjataan militer di Jalur Gaza.
“Hamas sedang mencoba menggunakan sisa-sisa bom Angkatan Udara Israel yang diluncurkan tetapi tidak meledak, sebagai sumber bahan peledak untuk membuat senjata baru,” lanjutnya.
Pejabat senior militer Israel yang menangani masalah ini, memperkirakan dari sekitar 50.000 bom yang dijatuhkan Angkatan Udara Israel di Gaza sejak awal perang, hanya sekitar 5 persen yang meledak.
“Ini berarti sekitar 2.000 hingga 3.000 bom jatuh, dan Hamas memiliki kemampuan untuk menggunakannya sebagai bahan mentah,” kata pejabat itu kepada Radio Tentara Israel.
Pejabat itu mengatakan militer Israel berpendapat bahwa Hamas bisa memanfaat jeda dalam gencatan senjata untuk memproduksi senjata.
“Penilaian militer adalah jika ada jeda jangka panjang dalam pertempuran sebagai bagian dari kesepakatan penyanderaan, Hamas akan mampu menghidupkan kembali sistem produksinya secara signifikan,” lanjutnya.
Meskipun Israel telah menghancurkan sebagian besar Jalur Gaza, faksi-faksi Palestina termasuk Hamas masih mampu menargetkan pasukan Israel dan menghancurkan persenjataan serta kendaraan militer mereka, lalu menyiarkan klip video yang mendokumentasikan beberapa operasi mereka.
Menurut pakar senjata dan intelijen Israel dan Barat, laporan intelijen pada Januari lalu menunjukkan sejauh mana Hamas mampu membuat banyak roket dan persenjataan anti-tank.
Perbendaharaan militer Hamas itu diproduksi menggunakan ribuan amunisi Israel yang gagal meledak di Jalur Gaza.
Hamas juga mempersenjatai pejuangnya dengan senjata yang dicuri dari pangkalan militer Israel.
Laporan tersebut berdasarkan informasi intelijen yang diperoleh selama pertempuran berbulan-bulan sejak 7 Oktober 2023.
“Persenjataan yang tidak meledak adalah sumber utama bahan peledak bagi Hamas,” kata Michael Cardash, mantan wakil kepala Divisi Penjinak Bom Polisi Nasional Israel dan seorang konsultan polisi Israel.
“Mereka memotong bom terbuka dari Israel, bom artileri dari Israel, dan tentu saja banyak dari bom tersebut yang digunakan dan digunakan kembali untuk bahan peledak dan roket mereka,” tambahnya, seperti diberitakan The New York Times (28/1).
Hamas tidak menanggapi permintaan komentar mengenai laporan tersebut.
Saat Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 37.551 jiwa dan 85.911 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10) hingga Sabtu (22/6), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, seperti dilaporkan Anadolu Agency.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al Aqsa pada Sabtu (7/10) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan kurang lebih ada 120 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, lebih dari 8.000 warga Palestina yang masih berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan The Guardian pada Desember 2023 lalu. (hanoum/arrahmah.id)