GAZA (Arrahmah.id) – Dalam wawancara dengan Al Jazeera, Thaher Al-Nunu, penasihat media Ketua Biro Politik Hamas, menegaskan bahwa Hamas tetap berkomitmen pada perjanjian pertukaran tahanan, meskipun menghadapi berbagai hambatan yang sengaja dibuat oleh “Israel”.
Al-Nunu mengungkapkan bahwa Perdana Menteri “Israel”, Benjamin Netanyahu, berusaha menciptakan narasi palsu untuk menggambarkan dirinya sebagai korban. Menurutnya, sejak awal perang, Hamas telah menawarkan pembebasan warga sipil tanpa syarat, tetapi “Israel” menolak gencatan senjata yang diperlukan untuk proses tersebut. Bahkan, keluarga Bibas yang kini dikabarkan tewas sebenarnya sudah ditawarkan dalam pertukaran sebelumnya, tetapi justru menjadi korban serangan brutal “Israel” sendiri.
Lebih jauh, ia menuding bahwa “Israel” sengaja mengebom lokasi yang diketahui terdapat tawanan, membunuh mereka agar tidak bisa dikembalikan hidup-hidup. “Jika Netanyahu tahu ada tawanan yang masih hidup, ia akan memerintahkan pasukannya untuk membunuh mereka daripada membiarkan mereka kembali,” tegas Al-Nunu.
Hamas juga menuntut peralatan khusus untuk mengevakuasi jenazah korban serangan “Israel” dan mengidentifikasi mereka melalui tes DNA. Namun, “Israel” terus menghambat upaya ini sambil memainkan peran seolah-olah mereka adalah pihak yang dirugikan.
Al-Nunu menutup pernyataannya dengan menyerukan intervensi internasional, terutama PBB dan Dewan Keamanan, untuk menjamin kelangsungan perjanjian yang telah disepakati. Ia menegaskan bahwa Netanyahu ingin menggagalkan kesepakatan, mencari kambing hitam, dan menghindari tanggung jawab atas kejahatan perang yang telah dilakukan.
(samirmusa/arrahmah.id)