GAZA (Arrahmah.id) – Hamas menuduh ‘Israel’ terus melanggar perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku sejak 19 Januari 2025. Dalam pernyataan resmi yang dirilis Senin, Hamas menyebut Perdana Menteri ‘Israel’, Benjamin Netanyahu, berusaha menggagalkan kesepakatan dan kembali melakukan agresi terhadap rakyat Palestina.
Menurut Hamas, meskipun perjanjian telah ditandatangani pada 17 Januari 2025, ‘Israel’ sejak hari pertama terus melakukan pelanggaran yang menunjukkan bahwa mereka tidak pernah berniat untuk menghormati gencatan senjata. Hamas menuding Netanyahu menggunakan dalih perpanjangan tahap pertama sebagai cara untuk menghindari negosiasi tahap kedua.
Blokade Bantuan Kemanusiaan
Dalam pernyataannya, Hamas merinci berbagai pelanggaran ‘Israel’ selama 42 hari tahap pertama gencatan senjata, di antaranya:
- Hanya 978 dari 2.100 truk bahan bakar yang diizinkan masuk, dengan rata-rata 23 truk per hari, jauh dari kesepakatan 50 truk per hari.
- Blokade impor bahan bakar komersial, meskipun perjanjian mengizinkannya.
- Hanya 15 unit rumah darurat yang masuk dari 60.000 unit yang dijanjikan.
- Alat berat untuk evakuasi korban reruntuhan hanya 9 unit, dari kebutuhan minimal 500 unit.
- Blokade total terhadap material bangunan, alat medis, dan kendaraan penyelamat, memperburuk kondisi rumah sakit.
- Stasiun listrik tetap tidak beroperasi, karena ‘Israel’ melarang perbaikannya.
- Blokade uang tunai, menyebabkan krisis ekonomi semakin dalam.
Pelanggaran Militer dan Serangan di Zona Gencatan Senjata
Hamas juga menuduh ‘Israel’ terus melakukan pelanggaran militer, termasuk:
- Pasukan ‘Israel’ terus bergerak masuk hingga 500 meter di beberapa wilayah, melanggar garis demarkasi gencatan senjata.
- Menunda penarikan pasukan dari Jalan Salahuddin dan Jalan Al-Rashid, menghalangi kepulangan pengungsi selama dua hari.
- Menargetkan nelayan Gaza dengan penembakan dan penangkapan.
- Melanggar batas waktu larangan terbang, dengan 210 penerbangan drone dan pesawat tempur dalam 42 hari.
- Total pelanggaran militer mencapai 962 kali, mengakibatkan 116 warga syahid dan 490 luka-luka.
Pelanggaran terhadap Tawanan Palestina
Selain itu, Hamas menuding ‘Israel’ tidak memenuhi kewajibannya dalam pertukaran tahanan, di antaranya:
- Menunda pembebasan tahanan Palestina, meskipun Hamas telah memenuhi bagian dari kesepakatan.
- Sebanyak 600 tahanan yang dijadwalkan bebas masih ditahan.
- Tahanan Palestina mengalami penyiksaan dan penghinaan sebelum dibebaskan.
- Menolak membebaskan tahanan lansia, termasuk Siham Musa Abu Salem (70 tahun).
Blokade dan Penutupan Perbatasan
‘Israel’ juga disebut masih melakukan pembatasan ketat di perbatasan Gaza:
- Perlintasan Rafah tetap tertutup, meskipun seharusnya dibuka untuk warga sipil.
- Perdagangan melalui Rafah masih diblokir, memperburuk krisis ekonomi.
Hamas: Netanyahu Gagalkan Kesepakatan
Hamas menegaskan bahwa Netanyahu berusaha menggagalkan kesepakatan ini dengan berbagai cara, termasuk:
- Mencegah negosiasi tahap kedua, meskipun perjanjian menetapkan bahwa negosiasi harus dimulai pada hari ke-16 setelah penandatanganan.
- Mengubah perjanjian sepihak, dengan alasan memperpanjang tahap pertama tanpa memenuhi ketentuan awal.
- Menjadikan bantuan kemanusiaan sebagai alat tawar-menawar politik, yang jelas melanggar hukum internasional.
- Mengancam untuk melanjutkan perang, tidak hanya di Gaza tetapi juga di Tepi Barat, Lebanon, dan Suriah.
Hamas Serukan Tindakan Internasional
Hamas menegaskan bahwa pihaknya tetap berkomitmen pada perjanjian gencatan senjata dan siap memasuki tahap kedua. Namun, ‘Israel’ dan sekutunya harus bertanggung jawab atas konsekuensi dari pelanggaran ini.
Hamas menyerukan:
- PBB dan komunitas internasional harus menekan ‘Israel’ untuk mematuhi kesepakatan dan memastikan tahap kedua segera dimulai.
- Dunia internasional harus menghentikan dukungan terhadap Netanyahu, yang terus menolak solusi damai.
- Para mediator harus mencegah ‘Israel’ membatalkan perjanjian dengan dalih perpanjangan atau skenario lain.
Hamas memperingatkan bahwa jika ‘Israel’ terus melanggar kesepakatan, konflik bisa kembali meletus.
“Kesepakatan hanya bisa berjalan jika ‘Israel’ memenuhi komitmennya. Jika tidak, dunia harus bersiap menghadapi konsekuensi dari ketidakadilan ini,” tegas Hamas dalam pernyataan resminya.
Dukungan AS kepada ‘Israel’ Ancam Stabilitas Dunia
Di akhir pernyataannya, Hamas mengkritik dukungan penuh AS kepada ‘Israel’, yang dianggap sebagai ancaman bagi perdamaian dan stabilitas global.
“Selama AS terus memberikan dukungan tanpa syarat kepada ‘Israel’, dunia akan menghadapi ketidakstabilan yang lebih besar. Palestina, Lebanon, Suriah, bahkan kawasan lain bisa terkena dampaknya,” tegas Hamas.
“Dan Allah Maha Kuasa atas segala urusan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.”
Kesimpulan: Akankah Dunia Bertindak?
Pelanggaran ‘Israel’ terhadap perjanjian gencatan senjata semakin memperburuk kondisi rakyat Palestina. Jika komunitas internasional tetap diam, maka bukan hanya Gaza yang terancam, tetapi stabilitas seluruh Timur Tengah.
“Jihad adalah pilihan: kemenangan atau syahid.” – Hamas
(Samirmusa/arrahmah.id)