Internation Jihad Analysis – Sepekan setelah peristiwa penabrakan sekelompok pekerja Muslim oleh tentara Israel di Al Maqthuroh, Palestina, Intifadhah dimulai. Peristiwa 8 Desember 1987 tersebut oleh HAMAS (Harokah Muqowwamah Islamiyah) atau Gerakan Perlawanan Islam Palestina dijadikan momentum dimulainya perjuangan suci membebaskan tanah Palestina, tanahnya orang-orang Muslim dari cengkraman zionis Israel, dengan jihad sebagai satu-satunya jalan pembebasan!
Munculnya HAMAS merupakan kulminasi perjuangan panjang kaum Muslimin Palestina dan dilatarbelakangi beberapa hal penting, seperti macetnya langkah-langkah penyelesaian yang ditempuh negara-negara Arab dan PLO. Usaha-usaha perdamaian yang diprakarsai oleh Dewan Keamanan PBB hanya mengeluarkan resolusi-resolusi yang tidak pernah mau dipatuhi Israel. Kondisi PLO sendiri semakin melemah karena konflik internal dan juga karena tekanan dan pengkhianatan negara-negara Arab moderat membuat PLO akhirnya menerima usulan Amerika mengakui negara zionis Israel. Hancurnya kekuatan PLO ini semakin membuat Israel lupa daratan dan mabuk kemenangan.
Di sisi lain, tokoh-tokoh Muslim Palestina dibebaskan dari penjara dan kamp-kamp penyiksaan, termasuk ulama kharismatik Palestina, Syekh Ahmad Yassin yang kemudian menjadi inspirator dan pemimpin spiritual HAMAS.
Mujahidien Brigade Izzudien Al Qassam
Brigade Izuddin Al Qossam adalah sayap militer HAMAS dalam merealisasikan jihad atas kaum yahudi. Nama Izuddin Al Qassam diambil dari nama salah seorang anggota HAMAS yang syahid pada tanggal 25 November 1935, setelah terjadi pertempuran hebat melawan pasukan kafir Inggris di Junain.
Brigade Izuddin Al Qassam tampil sebagai kekuatan militer yang sangat ditakuti Israel. Beberapa operasi militer yang sangat spektakuler telah dilakukan brigade ini dan berhasil membuat tentara Israel menderita kerugian yang cukup banyak. Kehadiran mereka secara perlahan namun pasti telah menciptakan kondisi keamanan tertentu yang nampaknya tidak dapat dikontrol lagi oleh pasukan zionis Israel, terutama di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Brigade Izuddin Al Qassam memulai operasi mereka dengan menghancurkan patroli Israel di perkampungan Al Syujaiyah dan membunuh tiga prajurit Israel. Dengan pekik takbir yang membahana, mereka mengumumkan pertanggung jawaban atas penyerangan tersebut. Israel pun segera memberlakukan larangan ke luar rumah dan melakukan pemeriksaan dari rumah ke rumah dan memantau situasi dengan helikopter.
Dua hari kemudian, Brigade Izuddin Al Qassam kembali menyatakan diri bertanggung jawab atas penembakan sebuah mobil patroli Israel di kota Al Khalil yang menewaskan seorang prajurit kafir Israel.
Saat itu, liputan media massa belum menyentuh Brigade Izuddin Al Qassam, sehingga mereka dan HAMAS belum cukup dikenal luas. Namun, setelah Brigade Izuddin Al Qassam berhasil menculik dan menawan seorang komandan militer Israel di kota Al Lad, dunia pun gempar. Komandan tersebut dijadikan tebusan yang hanya bisa ditukar dengan pembebasan pemimpin mereka, Syekh Ahmad Yasin. Peristiwa tersebut menjadikan nama Brigade Izuddin Al Qassam menjadi buah bibir dikarenakan dalam waktu yang singkat berhasil mempelopori berbagai aksi militer yang spektakuler.
Brigade Izuddin Al Qassam mulai tampil ke permukaan secara terang-terangan pada 1 Januari 1992 ketika mereka berhasil membunuh ketua pengaman perumahan Israel. Peristiwa tersebut bersamaan dengan perayaan ulang tahun PLO sehingga sempat mengecoh berbagai kalangan dengan asumsi yang melakukan aksi tersebut adalah PLO. Tetapi setelah Israel menangkap para pelaku aksi tersebut, saat itu pula Brigade Izuddin Al Qassam mengumumkan kehadirannya secara luas.
Selain dikenal dengan aksi-aksi militer yang spektakuler, Brigade Izuddin Al Qassam telah menyumbangkan beberapa pejuangnya dalam aksi istisyhad (aksi syahid), seperti : Ghosan Abu Nada (dari Jabaliyah), Mohammad Abu Naqiroh (dari Rafah), Thoriq Duhkhan dan Yasir Al Hasanat (dari An Nur Syirot), Mohammad Jundul (dari Al Maghozi), dan lain-lain.
Kini, mata dunia kembali tertuju kepada HAMAS, terutama Brigade Izuddin Al Qassam. Sejak gempuran membabi buta zionis Israel, Sabtu, 27 Desember 2008, ke wilayah Gaza, HAMAS melalui Brigade Izuddin Al Qassam tetap bertahan dan melancarkan serangan balik dengan roket-roket yang mereka buat sendiri.
Secara perhitungan akal, kekuatan dua pasukan yang bertempur itu sangat tidak seimbang. Bagaikan Daud melawan Goliath. Angkatan bersenjata Israel, IDF (Israel Defence Forces) memiliki kekuatan 176 ribu infanteri bersenjata lengkap, 286 helikopter serbu, 875 jet tempur berkecepatan supersonik, 2800 tank, dan 1.800 senjata artileri seperti meriam, rudal, peluncur roket yang semuanya siap ditembakkan.
Sementara itu, HAMAS hanya berkekuatan 20.000 mujahid, tanpa pesawat tempur, jet atau helikopter patroli satu pun. Hanya saja, mereka memiliki Allah SWT yang selalu bersama mereka, dan semangat jihad yang menyala-nyala. Hebatnya lagi, dengan pertolongan Allah, mereka mampu membuat roket sendiri yang diberi nama Battar, dan peluru Al Bana, dan Al Yasin yang menjadi senjata paling ampuh dan terkenal melibas zionis yahudi.
Dalam video yang dikeluarkan oleh Ar Rahmah Media berjudul HAMAS The Brigade of Izuddin Al Qassam, dijelaskan visi misi Brigade Izuddin Al Qassam dan ditunjukkan bagaimana mereka berlatih, mempersiapkan serangan dan pukulan mematikan kepada zionis Israel.
Pimpinan Politik HAMAS, Ismail Haniya, dalam video tersebut mengatakan :
“Perlawanan yang dipimpin oleh HAMAS sayap militer Brigade Syahid Izuddin Al Qassam, Intifadhoh Aqso yang mulia membentuk perlawanan dengan Yahudi, pertama karena perlawanan adalah pilihan rakyat Palestina, setelah lebih tujuh tahun perdamaian mandul, yang mana rakyat Palestina melalui ini semua, ditambah kesanggupan orang-orang dan tim pelatih untuk memperbaiki alat-alat untuk perlawanan. Gaza memiliki orang-orang yang punya keinginan yang lebih panas bagai bara api. Sudah menjadi kewajiban bagi HAMAS dan Brigade Izuddin Al Qassam untuk menunjukkan kepada musuh zionis yang biadab apa yang bisa mereka lakukan.”
Perjuangan Panjang HAMAS dan Jihad Palestina
HAMAS dibangun pertama kali oleh ulama kharismatik Syekh Ahmad Yassin, ulama kelahiran tahun 1939 di Al Joura, 20 km utara Gaza, dan kemudian tinggal di sebuah flat di kota Gaza sejak awal tahun 1970-an. Saat itu, banyak pemimpin Islam di Palestina maupun tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin di berbagai negara Arab yang dibebaskan dari penjara dan kamp-kamp penyiksaan, termasuk Syekh Ahmad Yasin. Saat usia beliau masih 10 tahun, beliau dan keluarganya telah dipaksa menjadi pengungsi oleh agresor Israel pada tahun 1948. Saat masih remaja Syekh Ahmad Yassin mengalami kecelakaan saat ia berolah raga. Setelah kejadian tersebut, ia menjalani hidupnya di atas kursi roda. Di atas kursi roda itulah seruan intifadhah beliau serukan dan di atas kursi roda itu pulalah tiga rudal zionis Israel menghantarkan beliau syahid.
Beliau tampil membina dan membimbing umat yang saat itu sudah rusak dan hampir putus asa, dibantu oleh Fathi Yakan, Syekh Ahmad Qathan, dan lainnya. Mereka membangkitkan kembali ruhul Islam dan ruhul Jihad kaum Muslimin Palestina sehingga memunculkan momentum intifadhah yang sekaligus memunculkan HAMAS untuk komitmen berjuang membebaskan tanah Palestina, tanahnya orang-orang Muslim dari agresor zionis yahudi.
HAMAS tidak menganggap intifadhah sebagai akhir dari perjuangan mereka, tetapi sebagai mata rantai dari perjuangan panjangnya. Gerakan Perlawan Islam tidak menghendaki pengorbanan habis-habisan melalui perang dengan batu, melainkan sebuah upaya membebaskan tanah Palestina secara menyeluruh melalui peperangan yang melibatkan seluruh putra Palestina juga seluruh kaum Muslimin di dunia.
Komitmen dan perjuangan nyata HAMAS berhasil merebut simpati umat Palestina, khususnya di Gaza dan Tepi Barat. HAMAS yang juga memiliki sayap politik dan sosial selain sayap militer semakin dikenal dan disukai masyarakat Palestina secar luas. Pada saat itulah ujian dan cobaan menerpa HAMAS. Perjuangan suci untuk membebaskan tanah Palestina dengan satu-satunya jalan, yakni jihad mulai dikotori dengan sistem pemilu demokrasi ala Barat yang nampak indah dan memukau.
HAMAS akhirnya terjebak untuk ikut sistem pemilu demokrasi kufur, yakni pada pemilihan parlemen pada tahun 2006. HAMAS, terutama sayap politiknya semakin terpedaya dan terpukan dengan kemenangan yang mereka peroleh, mendapatkan 76 dari 132 kursi yang diperebutkan. Kemenangan HAMAS dalam demokrasi kufur terebut sudah barang tentu tidak diakui Israel. Selain itu, kemenangan HAMAS menjadi pemicu kecemburuan faksi Fatah yang sedari dulu menempuh jalan kompromi dan damai dengan Israel. Pertikaian antara HAMAS dan Fatah pun tidak bisa dihindari
Pimpinan HAMAS, Khaled Mashal, dalam sebuah wawancara dengan Koran Rusia, Nezavisimaya Gazeta, pada tanggal 13 Februari 2006 menyatakan kemungkinan HAMAS untuk hidup berdampingan dengan Israel dengan beberapa syarat. Syarat itu antara lain pengakuan batas wilayah 1949, penarikan Israel dari semua wilayah Palestina yang diduduki termasuk Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Selain itu Israel juga harus mengakui hak-hak warga Palestina, termasuk hak untuk kembali ke tanah airnya.
Sikap melunak HAMAS ini tentu saja sangat disesali sebagian besar kaum Muslimin yang telah menyadari bahwa kaum zionis yahudi Israel tidaklah mengenal bahasa damai dan taat terhadap perjanjian yang dibuat. Organisasi jihad global Al Qaida, melalui Syekh Aiman Az Zawahiri saja sampai mengeluarkan sebuah statemen yang cukup keras kepada HAMAS sebagai sebuah nasihat agar tidak mengambil jalan dami, jalan parlemen, dan hanya menggunakan jalan suci jihad fie sabilillah untuk membebaskan tanah Palestina.
Dampak pilihan HAMAS mulai terjadi. Pasca terbentuknya kabinet HAMAS melalui sistem kufur pemilu demokrasi, pada tanggal 20 Maret 2006, HAMAS bentrok dengan Fatah di jalur Gaza. Bentrokan yang sangat memilukan tersebut akhirnya bisa diakhiri pada 27 Juni 2006. Namun kesepakatan tersebut tidak berarti karena sejak 9 Juni 2006 Israel memulai penyerangan kepada HAMAS di Gaza.
HAMAS berhasil menangkap seorang tentara Israel Gilad Shalit. Israel membalas dengan menangkap 64 pejabat HAMAS, termasuk anggota kabinet dan legislatif. Penangkapan politisi HAMAS ini memberi peluang Fatah untuk mengambil kesempatan yang akhirnya menimbulkan konflik susulan antara HAMAS dan Fatah dan diakhiri dengan dibagi duanya wilayah Palestina dimana HAMAS menguasai Gaza dan Fatah menduduki Tepi Barat.
Pada tanggal 18 Juni 2008 tercapai kesepakatan gencetan senjata antara Israel dengan HAMAS selama enam bulan. Kompensasinya adalah HAMAS harus menyerahkan Gilad Shalit untuk ditukarkan dengan 40 tawanan HAMAS oleh Israel.
Belum genap perjanjian gencetan senjata berakhir, Israel menunjukkan watak aslinya sebagai kaum pengkhianat. Pada 4 November 2008, Israel menyerang enam pejuang HAMAS dalam sebuah patroli militer di Gaza. HAMAS pun membalas serangan tersebut dengan menembakkan roket-roketnya ke wilayah Israel. Israel tidak terima wilayahnya diserang dan melalui Perdana Menterinya, Ehud Barak, dilancarkanlah serangan bumi hangus dengan sandi “Operation Cast Lead” pada tanggal 27 Desember 2008 hingga detik ini.
Ribuan kaum Muslimin Palestina menemui syahid dan ribuan lainnya mengalami luka-luka. Wilayah Gaza kembali menjadi saksi bahwa Israel hanya mengenal bahasa perang. HAMAS kembali diuji komitmennya untuk berjihad mempertahankan dan membebaskan tanah Palestina. Tanahnya kaum Muslimin.
Nasehat & Semangat Jihad Untuk Hamas
Sesungguhnya perlawanan kaum Muslimin dan jihad Palestina tidak pernah lepas dari pengamatan seluruh kaum Muslimin di dunia, khususnya Mujahidin. Derita yang dialami Gaza saat ini pun menjadi fokus mereka, sebagaimana hari-hari sebelumnya. Banyak nasehat bahkan kritik keras disampaikan kaum Muslimin khususnya Mujahidin kepada HAMAS agar tetap melancarkan jihad malawan agresor Israel dan mengenyahkan sistem kufur demokrasi.
Melalui Departemen Media At Tauawi yang difasilitasi oleh Front Media Islam Global, Tandzim Al Qaeda, melalui tokoh utamanya yang selalu aktif di forum-forum jihad on line berbahasa Arab, Asad Al Jihad, mengeluarkan sebuah pesan berjudul “Wahai Rakyat Palestina, Siapakah Lawan dan Kawan Kalian !” Dalam pesan tertanggal 27 Desember 2008, saat dimana Israel baru saja melancarkan serangan kepada kaum Muslimin Palestina itu, Asad Al Jihad menegaskan sikapnya, yakni bersama Mujahidin Palestina.
“Sesungguhnya saya menegaskan sikapku tentang peperangan ini adalah bahwa saya bersama Ahli Tauhid di Gaza pada umumnya, dan bersama para mujahid Hamas, Jaish Al Islam dan Jaisy Al Ummah serta sebagian jamaah jihad lainnya, untuk saling bersatu dan membantu penduduk Gaza.”
Dalam pesan tersebut juga disampaikan perkataan pimpinan Al Qaeda, Syekh Usamah bin Ladin untuk membantu kaum Muslimin di Palestina.
“Demi Allah, sungguh kami akan menolong kalian walaupun harus merangkak…. Atau kami akan merasakan sebagaimana apa yang dirasakan oleh Hamzah bin Abdul Mutholib”.
Abu Mush’ab Abdul Wadud, Amir Tandhim Al Qaeda Biladul Maghrib Al Islamy, mengeluarkan rilis sebagai peryataan resmi tandzim jihad mereka atas serangan brutal agresor Israel kepada kaum Muslimin Palestina. Rilis tertanggal 30 Desember 2008 tersebut disebarkan di situs dan forum-forum jihad dan berintikan keinginan kuat mereka untuk membantu jihad di Palestina.
“Wahai saudara kami di Gaza. Allah tahu sekiranya bukan karena pembatas-pembatas yang dibuat oleh orang-orang kafir dan sekiranya bukan karena para penguasa murtad yang berusaha membunuh kalian sungguh akan kami datangi kalian, akan kami bela kalian meskipun dengan merangkak, akan tetapi apalah kuasa kami sementara para pengkhianat yang mencekik leher umat berusaha menghalangi kami untuk sampai kepada kalian. Kami bermohon kepada Allah agar memberikan kekuatan kepada kami untuk menolong kalian dengan apa yang kami miliki dan tidaklah sulit bagi Allah untuk melakukannya.”
Mereka juga mengancam dan menuntut balas kepada agresor yahudi Israel akan tumpahnya darah kaum Muslimin di Gaza, Palestina.
“Adapun kalian wahai para yahudi! Bergembiralah kalian dengan berbagai hal yang menghatui kalian karena para mujahidin, pelindung dien, tanah dan kehormatan, dengan izin Allah akan menuntut balas atas kematian mereka di Gaza meskipun berselang masa.”
Tidak ketinggalan, Hakimul Ummat, orang kedua Al Qaeda, Syekh Aiman Az Zawahiri ikut menyemangati kaum Muslimin dimana pun untuk berjihad, menyerang kepentingan Israel, Amerika, dan sekutu-sekutunya dimanapun mereka berada.
“Maka dari itu, marilah kita serang instalasi-instalasi mereka di mana saja, sebagaimana mereka berkumpul untuk menyerang kita dari mana saja. Dan hendaklah mereka ketahui bahwa setiap dolar yang mereka keluarkan untuk membunuh umat Islam maka kelak akan terbalas dengan darah, dan setiap peluru yang mereka tembakkan kepada kita akan dibalas dengan ledakan seperti letusan gunung berapi, dan bahwa mereka tidak akan dapat menghina dan memcaci Nabi kita shallallahu ’alaihi wasallam.”
Sebelumnya, Syekh Aiman memang secara keras mengkritik dan menasehati HAMAS agar tidak tersesat bujuk rayu demokrasi dan menyingkirkan jihad. Nasehat ini tentu saja sebagai tanda kecintaan beliau kepada HAMAS dan perjuangan jihad Palestina. Syekh Aiman mensifati HAMAS sebagai saudara yang jika diperlukan harus dinasehati dan jika salah harus ditegur. Bukankah tangan kanan dan tangan kiri saling bekerja sama untuk menghilangkan kotoran. Dengan demikian, Syekh Aiman dan Mujahidin yang bersama beliau merupakan tangan yang lain bagi saudaranya yang berada di HAMAS.
Amirul Mukminin Daulah Islamiyah Iraq, Syekh Abu Umar Al Baghdady pernah menyerukan kepada Brigade Izuddin Al Qassam untuk memisahkan diri dari HAMAS karena masih terus berjalan di atas jalan yang sesat sampai hari ini, yakni mengikuti pemilu demokrasi yang sesat, dan tidak mempedulikan nasehat yang telah diberikan oleh saudara-saudara mereka yang lebih berpengalaman.
Bahkan dalam rilis terbaru mereka yang dikeluarkan khusus menanggapi masalah serangan Gaza dengan judul “Solusi Terhadap Palestina”, Syekh Abu Umar Al Baghdady kembali berpesan kepada Brigade Izuddin Al Qassam agar memisahkan diri dari HAMAS.
“Anggota Brigade al-Qassam yang ikhlas harus mengumumkan pemisahan mereka dari gerakan HAMAS, dan mengumumkan keterpisahan mereka dari kepemiminan politiknya yang telah rusak dan menyimpang.”
Beliau melanjutkan :
“Kami tahu bahwa banyak pemuda-pemuda di dalam tubuh al-Qassam, dan juga beberapa tokoh dan pemimpinnya, mereka merasa sesak melihat penyimpangan yang dilakukan oleh para pemimpin politik mereka. Andaikata tidak kami temukan penyimpangan yang sangat jauh dari syari’ah rabbul ‘alamin (aturan Tuhan pencipta alam) niscaya kami tidak menyerukan kepada para pemuda al-Qassam yang ikhlas untuk membangkang terhadap pemimpin politik mereka.”
Kesungguhan dan kecintaan Amirul Mukminin Negeri Dua Sungai (Iraq) ini tercermin dari doa dan harapan beliau untuk dapat membebaskan tanah Palestina, tanahnya kaum Muslimin.
“Adapun tentang peranan Negara Islam di bumi dua sungai untuk membebaskan Palestina, maka kami berharap kepada Allah, dan juga memohon kepadaNya agar bisa seperti negara yang dipimpin oleh Nuruddin asy-Syahid. Negara itu merupakan batu loncatan untuk mengembalikan al-Aqsha kepada pangkuan ummat Islam. Kemudian muridnya, Shalahuddin sang Penakluk berhasil memasuki Palestina di dalam perang Hitthin, sebagaimana al-Faruq Umar bin Khaththab berhasil melakukan hal itu. Maka sesungguhnya kami pun berdo’a kepada Allah, dan bercita-cita untuk menjadikan Negara Islam Iraq sebagai batu loncatan untuk mengembalikan Palestina ke pangkuan ummat Islam.”
Dari bumi jihad Afghanistan, Mujahidin Taliban, di bawah komando Amirul Mukminin Imarah Islam Afghanistan, Mullah Muhammad Umar, tidak lupa menyemangati seluruh kaum Muslimin untuk bersatu berjihad melawan Israel.
“Kami harap umat Islam bisa mengesampingkan semua halangan yang ada selama ini. Kita semua wajib berjihad dan membantu saudara kita di Palestina, Iraq dan Afghanistan.”
Terakhir dan yang paling ditunggu-tunggu, baik oleh kawan maupun lawan adalah statemen resmi dari pimpinan Al Qaeda, Singa Islam, Syekh Usamah bin Ladin. Pesan jihad yang paling ditunggu itu pun akhirnya keluar dalam sebuah pesan audio berdurasi 22 menit yang dirilis oleh sayap media Al Qaeda, As Sahab Media.
Dalam pesan tersebut Syekh Usamah menyampaikan pesan jihad kepada seluruh kaum Muslimin untuk menghentikan agresi Israel ke Gaza.
“Maka yang wajib adalah tahridh (menyemangati) terhadap jihad yang hukumnya sudah fardhu ain, mendaftar para pemuda untuk bergabung dalam pasukan-pasukan jihad fi sabilillah, melawan aliansi zionis salibis dan antek-anteknya di Kawasan. Bukan menyalurkan energi para pemuda dengan turun ke jalan-jalan untuk melakukan demonstrasi-demonstrasi tanpa senjata.
Syekh Usamah dalam risalahnya tersebut mengomentari pelbagai cara dan tuntutan yang dilakukan oleh sebagian besar kaum Muslimin dan sebagiannya adalah menyimpang, lalu memberikan solusi yang benar sesuai syari’at Islam.
“Meskipun terdapat banyak jalan menyimpang, namun di sana ada satu jalan lurus untuk merebut kembali Al-Aqsha dan Palestina, yaitu jihad fi sabilillah, seperti yang telah kami singgung tadi.”
Beliau juga menyinggung mereka yang mencukupkan diri dengan hanya membebankan tanggung jawab masalah Palestina hanya kepada penguasa dan ulama.
“Mencukupkan diri membebankan tanggung jawab kepada penguasa dan ulama, setelah itu berpangku tangan dari jihad, tidaklah membebaskan kalian dari tanggung jawab. Tidak lain itu juga merupakan jalan untuk melarikan diri. Perintah Allah di dalam Al-Quranul Karim untuk berjihad di jalan-Nya sudah jelas, baik berjihad dengan jiwa maupun harta, hingga kebutuhan (jihad) tercukupi.”
Terakhir beliau berpesan kepada kaum Muslimin Palestina.
“Saudara-saudaraku di Palestina…Berkali-kali kalian menanggung kesusahan seperti yang dialami bapak-bapak kalian selama sembilan dekade ini, dan sesungguhnya kaum Muslimin bersimpati terhadap kalian karena apa yang mereka saksikan dan mereka dengar. Sedangkan kami, mujahidin, juga bersimpati kepada kalian. Dan simpati kami lebih besar, karena mujahidin juga mengalami kehidupan sama dengan yang kalian alami. Yang mereka rasakan lebih susah dari apa yang kalian rasakan. Mereka dibombardir sebagaimana kalian dibombardir, dengan pesawat-pesawat yang sama. Mereka kehilangan orang-orang tercintanya sebagaimana kalian kehilangan. Maka segala puji bagi Allah, kita adalah milik Allah dan kepada-Nya saja kita akan kembali.”
Damai Dengan Israel, No Way
Berita terakhir dari Gaza telah terjadi sebuah gencetan senjata sepihak dari Israel. Setelah tiga pekan dengan brutal menyerang dan membumi hanguskan Gaza, kini dengan seenaknya Israel menyerukan gencetan senjata selama seminggu, setelah 1.300 nyawa melayang dan 5.300 lainnya luka-luka. Kekhwatiran dan bahaya besar yang mengancam adalah apabila HAMAS dan gerakan jihad disingkirkan untuk kemudian digantikan dengan negoisasi dan perjanjian damai dengan zionis Israel.
Arrahmah.com memberitakan (18/1), setelah Israel mengumumkan gencatan senjata sepihak, sejumlah faksi pejuang Palestina antara lain Hamas, Jihad Islam dan Popular Front for the Liberation of Palestine (PFLP) menggelar pertemuan di Damaskus dan hasilnya, mereka menyatakan gencatan senjata selama satu minggu dengan syarat selama sepekan itu Israel sudah harus menarik seluruh pasukannya dari Jalur Gaza.
Musa Abu Marzuk, pimpinan biro politik HAMAS di Damaskus, Suriah, pada hari ahad, 18 Januari mengatakan :
“Kami yang tergabung dalam gerakan perlawanan Palestina mengumumkan gencatan senjata di Jalur Gaza dan menuntut pasukan musuh mundur dalam jangka waktu satu minggu serta membuka semua perbatasan agar bantuan kemanusiaan dan kebutuhan dasar bisa masuk.”
Sementara itu di Mesir, diadakan pertemuan gabungan antara sejumlah pimpinan negara Arab dan Eropa, diantaranya dari Mesir, Inggris, Perancis, Jerman, Italia, Spanyol, Turki, dan Yordania. Pertemuan ini juga dihadiri pimpinan Liga Arab, Amr Musa, Sekjen PBB, Ban Ki Moon, dan Presiden Palestina, Mahmud Abbas. Tentu saja pertemuan ini hanyalah sekedar basa basi dan sebuah konspirasi untuk melemahkan perlawanan jihad kaum Muslimin Palestina. Untuk itu, seharusnya tidak ada kata damai dengan Israel, hingga zionis yahudi agresor itu keluar seluruhnya dari bumi suci Palestina.
Menurut Syekh Umar Bakri Muhammad dalam bukunya, Tidak Ada Damai Dengan Israel, menyatakan bahwa dalam ilmu ushul, sebuah kaidah menyatakan bahwa “Tidak ada ijtihad dalam hal perdamaian”. Hal ini dikarenakan ayat-ayat Al Qur`an yang membahasnya telah jelas. Terhadap orang-orang kafir yang menduduki tanah kaum muslimin, Islam telah memutuskan, Allah SWT memerintahkan kita secara jelas dan meyakinkan dalam Al- Qur`an bahwa:
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah melampaui batas karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS 2:190).
Nabi Muhammad SAW. bersabda:
“Siapapun yang mati mempertahankan tanahnya maka dia mati syahid.”
Allah SWT. berfirman:
“…Barangsiapa yang menyerangmu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah bersama orang-orang yang bertaqwa.” (QS. 2:194).
Dalam buku tersebut, ulama yang kini mukim di Libanon itu menjelaskan bahwa gencatan senjata dengan orang kafir yang menduduki tanah kaum muslimin, hanya bisa terjadi jika memenuhi 4 kondisi, yaitu :
1. Pembuat perjanjian atas nama seluruh umat muslim adalah khalifah atau amirul mukminin yang sah, atau wakilnya yang ditunjuk, karena dalam hadits Nabi SAW.,
“Setiap orang dari kamu adalah peminmpin dan akan ditanya tentang kepemimpinannya.”
2. Isi perjanjian harus didasarkan pada Islam dan selain itu tidak diperbolehkan, karena Allah SWT. berfirman:
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang kamu perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan dan mereka menerima sepenuhnya.” (QS. 4:65).
Dan Nabi juga bersabda:
“Syarat-syarat perjanjian yang tidak terdapat dalam Al-Qur`an maka batil.”
(At-tabrani dalam Al-Mujam al-Kabir dan Al-Suyhuti dalam Aljamai’ Al-Saghir Volume 2: hal 9.77).
3. Perjanjian harus dibatasi dalam batas waktu tertentu, karena perjanjian Hudaibiyah dibatasi sampai 10 tahun, dan Allah SWT. berfirman bahwa kaum muslimin harus membuat perjanjian dengan orang-orang kafir dalam waktu 4 bulan.
“Penuhilah janji-janjimu dengan mereka sampai batas yang telah ditentukan, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa. Apabila sudah habis bulan-bulan haram itu, maka bunuhlah mereka dimana saja kamu menjumpainya dan tangkaplah mereka.”(QS. 9:4-5).
Setelah Rasulullah SAW. menguasai Mekkah. Beliau memberi batas 4 bulan, tetapi dalam perjanjian Hudaibiyah 10 tahun (menurut Sirah Ibnu Hasyim). Para ulama berkata bahwa ini berarti kaum muslimin mempunyai posisi yang kuat dalam perjanjian dengan orang-orang kafir untuk batas waktu perjanjian 4 bulan dan dalam posisi lemah dalam batas perjanjian 10 tahun.
4. Perjanjian harus melindungi Agama Islam dan Umat Islam, yang dijelaskan oleh syariat. Jika kondisi ini tidak ditemui, maka perjanjian tersebut batil. Oleh karena itu secara jelas diketahui bahwa perdamaian dengan Israel adalah haram dan juga fatwa-fatwa ulama yang mendukung hal tersebut.
Sementara itu, gencetan senjata yang terjadi saat ini jelas tidak memenuhi syarat-syarat Islami yang dengan demikian harus ditolak. Secara sepihak Israel memaksakan gencetan senjata, dan tetap mengancam HAMAS dan kaum Muslimin Palestina. Pihak Israel menyatakan tidak menentukan jadwal penarikan mundur pasukannya dari Jalur Gaza, sampai HAMAS dan faksi pejuang Palestina menghentikan tembakan roket-roketnya.
Juru bicara militer Israel, Avital Leibovich bahkan dengan congkaknya mengatakan akan tetap melanjutkan operasi militer menyerang Gaza. .
“Operasi militer belum berakhir. Ini cuma gencatan senjata,”
Dengan demikian sudah jelas, kaum Muslimin harus menolak damai dengan Israel dan meneruskan jihad fie sabilillah mengusir agresor Israel dari tanah suci Palestina. HAMAS, terutama Brigade Izuddin Al Qassam, dan jama’ah-jama’ah jihad yang lainnya saat ini tengah diuji oleh Allah SWT, apakah mereka akan tetap berpegang teguh kepada tali agama Allah SWT, atau malah terpedaya dengan janji-janji palsu setan melalui perjanjian damai.
Para ulama yang ikhlas dan jujur di seluruh dunia telah memfatwakan haram berdamai dengan yahudi zionis israel. Mereka semua menyatakan bahwa damai dengan para perongrong (zionis yahudi) adalah haram menurut syariat karena itu sama saja dengan mengijinkan para perampas itu tetap melakukan apa yang dilakukannya selama ini, dan berarti melegalkan tindakan mereka; sehingga kaum Muslimin dilarang untuk mengadakan perjanjian damai dengan orang-orang Yahudi karena sama saja mengijinkan mereka menduduki tempat-tempat suci kaum Muslimin.
Oleh karena itu kaum muslimin harus berusaha sekuat tenaga untuk membebaskan tanah tersebut dari Yahudi dengan tangan mereka sendiri, seluruh kaum muslimin harus berpartisipasi dalam melaksanakan kewajiban jihad sampai kita mendapatkannya kembali dari Yahudi, apa yang telah kita miliki. Kita menghimbau kepada seluruh kaum Muslimin untuk berpegang teguh kepada tali agama Allah SWT. dan melakukan apa saja untuk martabat dan kemuliaan kaum muslimin, demikian para ulama telah berfatwa.
Dengan demikian, saat ini adalah waktu yang tepat. Sebuah kesempatan bagi HAMAS, terutama Brigade Izuddin Al Qassam, dan kelompok jihad lainnya untuk membuktikan kepada zionis Israel bahwa kita adalah umat yang kuat dan mencintai jihad. Karena hanya dengan jihad fie sabilillah, masalah Palestina akan diselesaikan secara tuntas dan syar’i. Karena memang sudah seharusnya seruan jihad tidak pernah padam, hingga akhir dari kehidupan ini.
Wallahu’alam bis showab!
By: M. Fachry
International Jihad Analysis
Ar Rahmah Media Network
http://www.arrahmah.com
The State of Islamic Media
© 2009 Ar Rahmah Media Network