GAZA (Arrahmah.id) – Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mengucapkan selamat kepada oposisi bersenjata Suriah pada Senin (9/12) atas keberhasilannya dalam menggulingkan rezim Presiden Bashar al-Assad, sementara faksi-faksi Palestina lainnya, terutama Gerakan Jihad Islam, menganggap perubahan di Suriah sebagai “masalah internal”, dan menyatakan harapan mereka bahwa Damaskus akan tetap mendukung perjuangan Palestina.
Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Gerakan ini mengucapkan selamat kepada saudara-saudara rakyat Suriah atas keberhasilan mereka dalam mencapai aspirasi mereka untuk kebebasan dan keadilan, dan menyerukan kepada semua komponen rakyat Suriah untuk menyatukan barisan mereka, lebih jauh lagi mempererat persatuan nasional, dan bangkit dari penderitaan masa lalu.”
Ditambahkannya, “Saudara-saudara rakyat Suriah – dengan semua sekte mereka, persatuan nasional, dan semangat persaudaraan dan toleransi – mampu, Insya Allah, mengatasi semua tantangan dan melewati tahap yang sulit ini… agar Suriah dapat melanjutkan peran historis dan pentingnya dalam mendukung rakyat Palestina dan perlawanan mereka untuk mencapai tujuan dari tujuan mereka yang adil, dan untuk mengonsolidasikan peran kepemimpinan Suriah di tingkat negara Arab dan Islam.”
Hamas juga mengutuk “dengan kata-kata yang paling keras” apa yang digambarkannya sebagai “agresi brutal berulang-ulang dari pendudukan Zionis terhadap tanah Suriah,” yang menyatakan penolakannya terhadap “ambisi atau rencana” ‘Israel’ yang menargetkan Suriah.
⚡️Hamas Statement:
We congratulates the brotherly Syrian people on their success in achieving their aspirations for freedom and justice. We call upon all components of the Syrian people to unite, strengthen national cohesion, and rise above the pains of the past.
We, in Hamas,… pic.twitter.com/5UtOC367tO
— Warfare Analysis (@warfareanalysis) December 9, 2024
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Gerakan Jihad Islam di Palestina, Ziyad al-Nakhalah, menganggap bahwa gerakan tersebut “memandang perubahan yang telah terjadi di Suriah sebagai urusan Suriah, dan terkait dengan pilihan rakyat Suriah.”
Ia juga menyatakan harapannya bahwa Suriah akan tetap menjadi “pendukung sejati dan penyokong rakyat Palestina dan tujuan mereka yang benar, sebagaimana adanya.”
Pernyataan Bersama
Faksi-faksi nasional dan Islam Palestina di Damaskus juga menekankan – dalam sebuah pernyataan – bahwa “perkembangan yang disaksikan oleh saudara kita Suriah adalah urusan internal.”
Mereka menambahkan, “Kami dengan tulus menantikan hak rakyat Suriah untuk menentukan nasib dan masa depan mereka dan untuk membangun Suriah yang bersatu dan berdaulat penuh dalam kerangka kebebasan, keadilan, demokrasi, dan kesetaraan penuh dalam kewarganegaraan untuk semua tanpa diskriminasi.”
Mereka juga menyampaikan harapannya bahwa “Suriah yang bersaudara akan melanjutkan tugas persaudaraan dan nasionalnya terhadap rakyat Palestina dalam perjalanan untuk membebaskan kota suci Yerusalem, Masjid Al-Aqsa yang diberkahi, dan setiap inci wilayah Palestina yang diduduki.”
Mereka mengecam “pernyataan pemerintah fasis ‘Israel’ dan ancamannya terhadap Suriah,” mengutuk “tindakan permusuhannya yang telah memengaruhi lebih dari satu tempat di Damaskus dan Suriah.”
Pada gilirannya, Gerakan Islam di Yerusalem mengucapkan selamat kepada rakyat Suriah dan negara Arab dan Islam atas jatuhnya apa yang digambarkannya sebagai “rezim tiran di Suriah.”
Gerakan tersebut mengatakan bahwa “rakyat Palestina di Yerusalem, Gaza, dan semua tempat keberadaan mereka optimis tentang kemenangan besar ini, dan bahwa sebagaimana Aleppo dan Damaskus adalah pintu gerbang untuk membebaskan Yerusalem dari Tentara Salib, mereka juga akan menjadi pintu gerbang untuk membebaskan seluruh Palestina dari pendudukan Zionis.”
Patut dicatat bahwa oposisi bersenjata Suriah mengumumkan pada Ahad (8/12/2024) jatuhnya rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad yang digulingkan, dan masuknya pasukannya ke ibu kota, Damaskus, sebagai puncak dari serangkaian kemenangan kilat yang diraih dalam beberapa hari terakhir.
Koresponden Al Jazeera melaporkan kemarin bahwa Insinyur Mohammed al-Bashir, kepala Pemerintahan Keselamatan Suriah, yang telah memimpin Idlib selama bertahun-tahun, akan ditugaskan untuk membentuk pemerintahan baru guna mengelola fase transisi. (zarahamala/arrahmah.id)