GAZA (Arrahmah.com) – Faksi Palestina Hamas yang menguasai Jalur Gaza, pada Sabtu (29/12/2018) membantah tuduhan mantan presiden Mesir, Husni Mubarak, bahwa kelompok tersebut mengirimkan ratusan orang ke perbatasan selama revolusi 2011.
Mubarak duduk di kursi saksi di pengadilan Kairo pada Rabu lalu untuk memberikan kesaksian tentang hukuman penjara yang diklaim didalangi oleh penggantinya, Muhammad Mursi dan anggota Ikhwanul Muslimin.
Mantan presiden yang digulingkan selama revolusi 2011 mengklaim bahwa dia telah menerima informasi saat itu dari kepala intelijennya mengenai infiltrasi oleh milisi dari Jalur Gaza ke timur Mesir selama revolusi, lansir Al Arabiya pada Ahad (30/12).
“Jenderal Omar Suleiman memberi tahu saya pada 29 Januari [2011] bahwa 800 militan bersenjata menyusup melalui perbatasan,” ujarnya, menambahkan bahwa militan tersebut dari kelompok Hamas, dibantu oleh penduduk Sinai utara, menggunakan terowongan bawah tanah untuk menyeberang.
Namun Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya “sangat menyangkal klaim yang dibuat oleh presiden Mesir yang digulingkan, Husni Mubarak, selama kesaksiannya di pengadilan”.
“Mubarak mengklaim bahwa Hamas mengirim 800 orang ke Kairo untuk membebaskan tahanan Palestina, Mesir dan Arab dari penjara-penjara Mesir,” ujar pernyataan Hamas.
Hamas menyesalkan tuduhan beberapa pihak yang melibatkan Hamas ke dalam urusan internal Mesir. Hamas menegaskan kembali komitmennya pada kebijakannya untuk tidak campur tangan dalam urusan internal negara lain.
Mubarak digulingkan oleh rakyatnya pada 2011 setelah tiga dekade berkuasa di Mesir. Pada Maret 2017 ia dibebaskan dari tuduhan membunuh demonstran, tetapi ia masih dalam penyelidikan karena dugaan korupsi. (haninmazaya/arrahmah.com)