GAZA (Arrahmah.id) – Kepala kantor media di Gaza, Salama Marouf, membantah adanya komunikasi dari Mesir mengenai rencana pembukaan perbatasan Rafah.
“Kami belum menerima komunikasi atau konfirmasi apa pun dari pihak Mesir mengenai rencana membuka perbatasan Rafah hari ini. Segala sesuatu yang beredar, terutama di media ‘Israel’, tidak berdasar,” kata Salama Marouf, seperti dilansir Anadolu Agency pada Senin (16/10/2023).
Ada juga laporan di media Barat tentang gencatan senjata selama lima jam di Jalur Gaza selatan untuk memfasilitasi evakuasi warga sipil ke Mesir, namun tanpa konfirmasi resmi.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, setelah pertemuan dengan Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi pada hari Ahad (15/10), mengatakan “Rafah akan dibuka kembali” untuk memasukkan bantuan dan memberikannya kepada orang-orang yang membutuhkan.
Pasukan “Israel” telah melancarkan serangan militer berkelanjutan terhadap Jalur Gaza, sebagai respons terhadap serangan militer kelompok Palestina Hamas di wilayah “Israel”.
Konflik dimulai ketika Hamas pada 7 Oktober memulai Operasi Banjir Al-Aqsa melawan “Israel”, sebuah serangan mendadak dari berbagai aspek termasuk rentetan peluncuran roket dan infiltrasi ke “Israel” melalui darat, laut, dan udara.
Hamas mengatakan serangan itu merupakan pembalasan atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki dan meningkatnya kekerasan pemukim “Israel” terhadap warga Palestina.
Militer “Israel” kemudian melancarkan Operasi Pedang Besi terhadap sasaran Hamas di Jalur Gaza.
Respons “Israel” meluas hingga memutus pasokan air dan listrik ke Gaza, yang semakin memperburuk kondisi kehidupan di wilayah yang telah mengalami blokade yang melumpuhkan sejak tahun 2007.
Otoritas “Israel” juga memerintahkan lebih dari 1 juta warga Gaza di jalur utara untuk mengungsi ke wilayah selatan. (rafa/arrahmah.id)