GAZA (Arrahmah.id) – Hamas pada Sabtu (22/5/2025) menuduh Amerika Serikat memutarbalikkan fakta dengan mengatakan bahwa kelompok perlawanan Palestina tersebut telah memilih perang dengan “Israel” dengan menolak untuk membebaskan para sandera.
“Klaim bahwa ‘Hamas memilih perang daripada membebaskan para sandera’ adalah pemutarbalikan fakta,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan sebagai tanggapan atas tuduhan dari juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Brian Hughes, pada Selasa, seperti dilansir AFP.
Ia mengatakan: “Hamas bisa saja membebaskan para sandera untuk memperpanjang gencatan senjata, namun Hamas malah memilih menolak dan berperang.”
Kelompok perlawanan Palestina tersebut menambahkan bahwa Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu “menolak inisiatif-inisiatif ini dan sengaja menyabotase mereka untuk melayani kepentingan politiknya,” mengacu pada kritik yang ia hadapi di “Israel”, termasuk dari keluarga-keluarga para sandera yang ditawan di Gaza.
“Israel” melanjutkan serangan udara di Gaza pada Selasa sebelum mengirim pasukan kembali ke daerah-daerah yang dievakuasi selama jeda pertempuran.
Hal ini terjadi setelah berminggu-minggu berselisih dengan Hamas mengenai perpanjangan gencatan senjata yang mulai berlaku pada tanggal 19 Januari.
“Israel” mengatakan bahwa kampanye militernya diperlukan untuk menekan Hamas agar membebaskan lebih banyak sandera dan menjamin kebebasan sekitar 60 tawanan, hidup atau mati.
Banyak keluarga tawanan yang meminta gencatan senjata yang baru, dan menyatakan bahwa sebagian besar tawanan yang kembali dalam keadaan hidup melakukan hal itu selama periode gencatan senjata.
Dalam pernyataannya, Hamas menuduh Amerika Serikat menyamakan “penyerang dengan korban.”
“Pernyataan AS sekali lagi mengungkapkan keterlibatan penuhnya dalam agresi terhadap rakyat kami, serta kolusinya dengan penjajah dalam melakukan genosida, kelaparan dan pengepungan terhadap lebih dari dua juta orang Palestina di Gaza,” kata pernyataan itu. (haninmazaya/arrahmah.id)