KOTA GAZA (Arrahmah.com) – Pemimpin tertinggi Hamas, Ismail Haniyeh mengatakan pada Rabu (1/12/2010) bahwa pihaknya akan menerima perundingan damai dengan Israel jika warga Palestina mengizinkannya melalui referendum, Al Arabiya melansir.
“Hamas akan menghormati hasil (referendum) tanpa menghiraukan perbedaan ideologi dan prinsip,” tukas Haniyeh.
Pernyataan ini muncul sebagai sinyal bergesernya sikap Hamas yang sebelumnya dengan keras menolak legitimasi Israel dan menolak segala macam perundingan yang biasa dinegosiasikan Otoritas Palestina dengan negara Zionis itu.
“Kami menerima negara bagian Palestina dengan batas-batas yang ditetapkan tahu 1967, bersama dengan penetapan Yerusalem sebagai ibukotanya, pembebasan tahanan Palestina, serta resolusi mengenai masalah pengungsian,” tambah Haniyeh.
Hamas telah berulangkali mencemooh berbagai negosiasi dengan Israel dengan dalih buang-buang waktu dan Haniyeh mengatakan ia tetap tidak terlalu yakin bahwa perundingan damai akan menghasilkan kesepakatan baru yang saling menguntungkan.
“Tidak akan ada solusi dua negara bagian di atas tanah ini. Israel menginginkan tanah, perdamaian, dan keamanan dan ini adalah sesuatu yang mustahil.”
Abbas memulai kembali pembicaraan langsung dengan Israel pada bulan September dengan tujuan untuk mencapai kesepakatan damai dalam waktu satu tahun.
Tapi negosiasi tersebut gagal tiga minggu kemudian setelah Israel menolak untuk memperpanjang moratorium 10 bulan pada pembangunan permukiman di Tepi Barat yang berakhir pada tanggal 26 September.
Menurut Haniyeh, Israel tidak ingin memberikan warga Palestina negara yang berdaulat penuh dan untuk itu ia pun tidak berharap banyak pada AS yang menjadi penghubung negosiasi.
Ia pun menyatakan bahwa kelompoknya tidak keberatan untuk bekerja sama dengan negara-negara Barat dan Eropa yang ingin membantu Palestina merebut kembali hak-haknya. Amerika Serikat dan Uni Eropa mengelak dari Hamas karena menganggap Hamas sebagai organisasi teroris dan tidak mengakui otoritas Hamas di Jalur Gaza.
Pada saat yang sama, Haniyeh membantah klaim Israel yang telah membunuh tiga anggota Al Qaeda di Gaza bulan lalu. Menurut Israel tiga orang itu disinyalir telah merencanakan serangan terhadap turis Israel dan turis mancanegara yang berkunjung ke Sinai.
Haniyeh menilai tuduhan itu hanya kebohongan yang dimaksudkan untuk menyiapkan pertarungan Israel selanjutnya di Gaza. Ia berusaha meyakinkan kepala intelejen Mesir dengan menyatakan bahwa prioritas pemerintahannya adalah untuk menghindari eskalasi militer dengan Israel dan meminta sayap jihad yang ada di Gaza untuk melakukan gencatan senjata.
Hamas pun mencoba menghindarkan diri dari tuduhan Israel bahwa kelompoknya terkait dengan Al Qaeda dan tanpa ragu-ragu mengecam berbagai serangan yang diklaim oleh Al Qaeda di beberapa wilayah Arab dan Barat. (althaf/arrahmah.com)