TRIPOLI (Arrahmah.com) – Pengadilan Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan perintah penangkapan pada Senin (27/6/2011) bagi pemimpin Libya Muammar Gaddafi. Sementara itu, di medan pertempuran, pemberontak mencoba mengusir Gaddafi dan mengatakan bahwa pasukan mereka telah maju mendekati 80 kilometer (50 mil) dari ibukota Tripoli.
Pengadilan menyetujui surat perintah untuk menangkap Gaddafi serta putranya Saif al-Islam dan kepala intelijen Libya Abdullah al-Senussi atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan. Jaksa ICC menuduh mereka terlibat dalam pembunuhan demonstran yang dimulai pada Februari tahun ini.
Gaddafi memiliki kontrol yang mutlak, tanpa akhir, dan dipertanyakan atas negara dan pasukan keamanan Libya, hakim Sanji Mmasenono Monageng mengatakan dalam pembacaan keputusan.
Dia menambahkan bahwa Gaddafi maupun Saif al-Islam tahu betul dan mengatur sejumlah rencana untuk mencegah serta memadamkan demonstrasi sipil melawan rezim.
Gaddafi membantah pemerintah menargetkan warga sipil. Sebaliknya, ia menuduh jet salibis NATO melancarkan serangan udara atas nama pemberontak.
Di Tunisia, tiga menteri Libya, termasuk menteri luar negeri, mengadakan pembicaraan dengan “pihak asing,” lapor kantor berita negara Tunisia, sebagai salah satu indikasi bahwa Gaddafi sedang mencari penyelesaian.
Sementara itu, pemberontak anti Gaddafi yang berbasis di wilayah Pegunungan barat daya dari Tripoli, membuat terobosan terbesar dalam beberapa minggu untuk mencapai kota Bir al-Ghanam, lokasi mereka memerangi pasukan pro-Gaddafi untuk mengambil alih kontrol saat ini.
Seorang juru bicara pemerintah pada hari Minggu pagi (26/6) menawarkan untuk mengadakan pemilihan untuk memutuskan masa depan politik Gaddafi. Ide ini sebelumnya diusulkan oleh Saif al-Islam.
Pada hari yang sama, juru bicara itu menyatakan bahwa Gaddafi merupakan pilihan sejarah rakyat Libya dan tidak mungkin dapat disingkirkan.
“Muammar Gaddafi adalah simbol sejarah Libya, dan dia berada di atas semua tindakan politik, di atas semua permainan politik dan taktis,” kata Moussa Ibrahim dalam sebuah pernyataan.
“Pada tahap ini, saat ini dan di masa depan, Gaddafi adalah pilihan sejarah yang tidak bisa kita singkirkan.” (althaf/arrahmah.com)