Diantara rahasia dan hakekat shiyam Ramadhan dapat disimpulkan menjadi tujuh perkara yang dapat dirasakan kenikmatannya dalam ibadah Ramadhan:
1. Menguatkan Jiwa
Dalam hidup ini, tak sedikit didapati manusia yang didominasi oleh hawa nafsunya, lalu manusia itu menuruti apapun yang menjadi keinginannya meskipun keinginan itu merupakan sesuatu yang bathil dan mengganggu serta merugikan orang lain. Karenanya, didalam Islam ada perintah untuk memerangi hawa nafsu dalam arti berusaha untuk bisa mengendalikannya, bukan membunuh nafsu yang membuat kita tidak mempunyai keinginan terhadap sesuatu yang bersifat duniawi. Manakala dalam peperangan ini manusia mengalami kekalahan, malapetaka besar akan terjadi karena manusia yang kalah dalam perang melawan hawa nafsu itu dan akan mengalihkan penuhanan dari Allah Swt sebagai Tuhan yang benar kepada hawa nafsu yang cenderung mengarahkan manusia pada kesesatan. Allah memerintahkan kita memperhatikan masalah ini dalam firman-Nya:
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?.” (Qs. Al Jaatsiah, 45: 23)
Maka dengan ibadah puasa, maka manusia akan berhasil mengendalikan hawa nafsunya yang membuat jiwanya menjadi kuat, bahkan dengan demikian, manusia akan memperoleh derajat yang tinggi seperti layaknya malaikat yang suci dan ini akan membuatnya mampu mengetuk dan membuka pintu-pintu langit hingga segala doanya dikabulkan oleh Allah Swt. Rasulullah Saw bersabda :
“Ada tiga golongan orang yang tidak ditolak do‘a mereka: Doa pemimpin yang adil, do’a orang yang berpuasa hingga berbuka, dan do’a orang yang dizalimi. Allah Ta’ala mengangkat do’anya keatas awan dan dibuka baginya pintu-pintu langit, dan Allah Tabaraka Wata’ala berfirman, “Demi keagungan-Ku sungguh pasti aku akan menolongmu tak lama lagi.”” (HR. Ahmad, At Tirmidzi dan Ibnu Mjjah.
2. Mendidik Kemauan
Puasa mendidik seseorang untuk memiliki kemauan yang sungguh-sungguh dalam kebaikan, meskipun untuk melaksanakan kebaikan itu terhalang oleh berbagai kendala. Puasa yang baik akan membuat seseorang terus mempertahankan keinginannya yang baik, meskipun peluang untuk menyimpang begitu besar. Karena itu Rasulullah Saw menyatakan:
اَلصِّيَامُ نِصْفُ الصَّبْرِ
“Puasa itu setengah dari kesabaran.” (HR. Ibn Majah, shahih dari Abu Hurairah)
Dalam kaitan ini, maka puasa akan membuat kekuatan rohani seorang muslim semakin prima. Kekuatan rohani yang prima akan membuat seseorang tidak akan lupa diri meskipun telah mencapai keberhasilan atau kenikmatan duniawi yang sangat besar, dan kekuatan rohani juga akan membuat seorang muslim tidak akan berputus asa meskipun penderitaan yang dialami sangat sulit.
3. Menyehatkan Badan
Disamping kesehatan dan kekuatan rohani, puasa yang baik dan benar juga akan memberikan pengaruh positif berupa kesehatan jasmani. Hal ini tidak hanya dinyatakan oleh Rasulullah Saw, tetapi juga sudah dibuktikan oleh para dokter atau ahli-ahli kesehatan dunia yang membuat kita tidak perlu meragukannya lagi. Mereka berkesimpulan bahwa pada saat-saat tertentu, perut memang harus diistirahatkan dari bekerja memproses makanan yang masuk sebagaimana juga mesin harus diistirahatkan, apalagi di dalam Islam, isi perut kita memang harus dibagi menjadi tiga, sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk air dan sepertiga untuk udara. Oleh karena itu diwaktu berbuka puasa, tidak boleh terlalu banyak makan sekalipun makanan itu halal sehingga perut tidak mampu memuatnya lagi, akibatnya perut menjadi sakit karena terlalu penuh diisikan makanan dan minuman.
Para ulama mengatakan: “Tidak ada suatu wadah yang paling dibenci Allah dari pada perut yang penuh terisi dari pada apa-apa yang halal.” Bagaimana kalau sampai terisi dari makanan dan minuman yang haram? Inilah hikmah puasa yang sangat besar, yang tujuan utamanya ialah menentang segala macam yang tidak baik, kemaksiatan dan kemungkaran. Juga untuk mematahkan kehendak hawa nafsu agar jiwa menjadi kuat untuk melaksanakan ketaqwaan kepada Allah Swt. Dengan berpuasa badan menjadi sehat dan kuat, sehingga ibadah kepada Allah dapat dilakukan dengan maksimal.
4. Mengenal Nilai Kenikmatan
Dalam hidup ini, sebenarnya sudah begitu banyak kenikmatan yang Allah berikan kepada manusia, tapi banyak pula manusia yang tidak pandai mensyukurinya. Dapat satu tidak terasa nikmat karena menginginkan dua, dapat dua tidak terasa nikmat karena menginginkan tiga dan begitulah seterusnya. Padahal kalau manusia mau memperhatikan dan merenungi, apa yang diperolehnya sebenarnya sudah sangat menyenangkan karena begitu banyak orang yang memperoleh sesuatu tidak lebih banyak atau tidak lebih mudah dari apa yang kita peroleh.
Maka dengan puasa, manusia bukan hanya disuruh memperhatikan dan merenungi tentang kenikmatan yang sudah diperolehnya, tapi juga disuruh merasaakan langsung betapa besar sebenarnya nikmat yang Allah berikan kepada kita. Hal ini karena baru beberapa jam saja kita tidak makan dan minum sudah terasa betul penderitaan yang kita alami, dan pada saat kita berbuka puasa, terasa betul besarnya nikmat dari Allah meskipun hanya berupa sebiji kurma atau seteguk air.
Disinilah letak pentingnya ibadah puasa guna mendidik kita untuk menyadari tinggi nilai kenikmatan yang Allah berikan agar kita selanjutnya menjadi orang yang pandai bersyukur dan tidak mengecilkan arti kenikmatan dari Allah meskipun dari segi jumlah memang sedikit dan kecil. Rasa syukur memang akan membuat nikmat itu bertambah banyak, baik dari segi jumlah atau paling tidak dari segi rasanya. Allah Swt berfirman:
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasati Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (Qs. Ibrahim, 14: 7)
5. Mengingat dan Merasakan Penderitaan Orang Lain
Merasakan lapar dan haus juga memberikan pengalaman kepada kita bagaimana beratnya penderitaan yang dirasakan orang lain. Sebab pengalaman lapar dan haus yang kita rasakan akan segera berakhir hanya dengan beberapa jam, sementara penderitaan orang lain entah kapan akan berakhir. Dari sini, semestinya puasa akan menumbuhkan dan memantapkan rasa solidaritas kita kepada kaum muslimin lainnya yang mengalami penderitaan yang hingga kini masih belum teratasi, seperti penderitaan saudara-saudara kita di Poso, Ambon – Maluku, Aceh dan di berbagai wilayah lain di Tanah Air serta yang terjadi di berbagai belahan dunia lainnya seperti di Chechnya, Kosovo, Irak, Palestina, Pakistan, Afganistan dan sebagainya.
Oleh karena itu, sebagai simbol dari rasa solidaritas itu, sebelum Ramadhan berakhir, kita diwajibkan untuk menunaikan zakat agar dengan demikian setahap demi setahap kita bisa mengatasi persoalan-persoalan umat yang menderita. Bahkan zakat itu tidak hanya bagi kepentingan orang yang miskin dan menderita, tapi juga bagi kita yang mengeluarkannya agar dengan demikian, hilang kekotoran jiwa kita yang berkaitan dengan harta seperti gila harta, kikir dan sebagainya. Allah Swt berfirman :
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka, dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (Qs. At Taubah, 9: 103)
6. Melatih Diri Untuk Menundukkan Musuh Allah
Musuh Allah Swt yaitu syetan (baik dari kalangan jin maupun manusia) menggunakan sarana syahwat untuk mengalahkan lawannya (manusia). Syahwat terbagi menjadi dua macam, yaitu syahwat yang timbul dari perut dan dari kemaluan. Syahwat ini bisa menjadi bertambah kuat karena makanan dan minuman. Selama ladang syahwat tetap subur, maka syetan bisa bebas berkeliaran ditempat gembalaan yang subur itu. Tetapi jika syahwat dipersempit dengan berpuasa maka jalan kesana juga menjadi sempit bagi si syetan itu.
Ada banyak riwayat yang menjelaskan bahwa syetan terbelenggu didalam bulan ramadhan sehingga menjadi sempit ruang geraknya menggoda manusia disebabkan karena manusia sedang berpuasa. Sebuah riwayat dari sahabat Anas Ra berkata, Rasulullah Saw bersabda:
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنْ ابْنَ آدَمَ مَجْرَى الدَّمِّ
“Sesungguhnya syetan itu berjalan pada tubuh anak Adam mengikuti aliran darah.“ (HR. Ahmad, Bukhari Muslim dan Abu Daud).
Orang yang berpuasa berarti mengurangi makan dan minum. Ladang syahwat menjadi sempit, saluran darah mengecil sehingga kebebasan syetan menggoda terhalang, kemudian potensi jahatnya terbelenggu. Inilah keistimewaan shiyam yang memiliki potensi mengalahkan musuh Allah Swt.
7. Menahan Seluruh Anggota Tubuh Dari Perbuatan Dosa
Khususnya memejamkan mata dan mengekangnya dari melihat yang diharamkan Allah, menjaga lisan dari perkataan yang berdosa dan kotor, jelek dan menjijikkan, menahan pendengaran dari mendengarkan apa saja yang tidak disenangi menurut ukuran agama, karena setiap perkara yang haram diucapkan maka menjadi haram pula mendengarkannya, menahan tangan dan kaki jangan sampai mengerjakan hal-hal terlarang dari segi agama, demikian pula menahan perut dari memakan apa-apa yang haram dan syubhat. Sebab apabila orang yang berpuasa memakan sesuatu yang haram atau syubhat berarti sia-sialah puasa yang dikerjakan. Jika semua ini telah difahami dapatlah kita mengambil kesimpulan sesuai dengan apa yang telah dipesankan oleh Nabi Muhammad Saw dalam sabdanya:
كَمْ مِنْ صَا ِئمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صَوْمِهِ اِلّاَ الْجُوْعِ وَالْعَطَشْ
“Banyak sekali orang yang berpuasa, padahal dia tidak dapat hasil apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan haus saja.“ (HR. An Nasa’i dan Ibn Majah)
Wallahu’alam…