TRIPOLI (Arrahmah.com) – Sejumlah partai sipil dan populis di wilayah timur Libya telah mendeklarasikan bahwa mereka memberi mandat kepada panglima Tentara Nasional Libya (LNA), Khalifa Haftar, untuk memimpin seluruh Libya.
Mereka mengambil sikap tersebut setelah Haftar mendesak mereka untuk memberikan tugas kepada tokoh manapun yang mereka anggap cocok untuk menjalankan Libya dalam apa yang ia pandang sebagai pendahulu untuk menggulingkan Pemerintahan Kesepakatan Nasional berbasis Tripoli, yang dipimpin oleh Fayez al-Sarraj.
Haftar pada hari Kamis (23/4/2020) menegaskan kembali seruannya pada Libya untuk meninggalkan perjanjian Skheirat, ditandatangani antara partai-partai saingan di Maroko pada tahun 2015, dan menggulingkan dewan presiden GNA, yang ia tuduh melakukan kejahatan yang “merupakan pengkhianatan tingkat tinggi.”
Skheirat telah merusak martabat rakyat, melepaskan kedaulatan negara dan menghancurkan ekonominya, katanya dalam pidato yang disiarkan televisi. Pihak-pihak yang mendukung Skheirat juga menggunakan pendapatan minyak untuk mendukung milisi dan membawa tentara bayaran, tambahnya.
Haftar menilai bahwa pakta tersebut bahkan membanggakan kejahatan yang telah dilakukan milisi di Sabratha dan Surman, dalam apa yang ditafsirkan sebagai tanda ia akan melakukan serangan balik untuk merebut kembali dua kota yang baru-baru ini direbut oleh GNA.
“Sukacita Sarraj tidak akan bertahan lama,” sumpah Haftar.
Selain itu, ia meminta rakyat Libya untuk menugaskan otoritas untuk mengelola negara, mendesak mereka untuk memilih pihak yang memenuhi syarat untuk memimpin Libya, dan berjanji bahwa LNA akan melindungi pilihan mereka.
“LNA telah mengalahkan terorisme di Benghazi, Derna, wilayah bulan sabit minyak dan Libya tengah dan selatan dan kami akan melanjutkan perjuangannya di Tripoli,” katanya. (Althaf/arrahmah.com)